Berita Semarang
Kisah Dokter Nur Shanti Tangani Covid-19 : Paling Berat Kabarkan ke Pasien dan Keluarga
Pandemi corona atau covid-19 membawa pengalaman tersendiri bagi dr. Nur Santi, dalam dunia penanganan medis sebagai salah satu dokter spesialis paru y
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pandemi corona atau covid-19 membawa pengalaman tersendiri bagi dr. Nur Santi, dalam dunia penanganan medis sebagai salah satu dokter spesialis paru yang menangani pasien corona khususnya di tempatnya bekerja.
Yakni rumah sakit umum daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang.
Seperti diketahui, rumah sakit tersebut menjadi salah satu rumah sakit rujukan yang cukup banyak menangani pasien corona, bukan hanya di Kota Semarang, melainkan Jawa Tengah dalam kurun kurang lebih tiga bulan terakhir ini.
• Setelah Tolong Korbannya saat Kecelakaan di Boyolali, Pemuda Ini Lari, Beberkan Alasannya ke Polisi
• Ini Alasan Nikita Mirzani Tinggalkan Sahabat-sahabat Lama: Harus Tinggalin yang Kampung
• Viral 2 Wanita Jalani Sumpah Pocong Soal Tuduhan Miliki Ilmu Santet, Terbukti Berbohong Meninggal
• Baru Setahun Menikah, Fadel Islami Berani Ungkap Sikap Buruk Muzdalifah
"Ketika di awal, kita masih mulai mengenal, mencari tahu.
Sebenarnya sifat penyakit ini seperti apa. Dan memang sampai sekarangpun apa yang kita prediksi tidak seperti yang terjadi.
Ternyata berbeda, karena sekarang itu pasien covid semakin banyak. Bukan semakin berkurang," katanya kepada Tribun Jateng ketika dihubungi, Jumat (26/6/2020).
Santi mengatakan, awalnya tak menduga sebab kasus corona yang semula muncul di luar daerah, ternyata bisa sampai ke Kota Semarang. Dalam perjalanannya menangani pasien corona, ia mengatakan ada hal-hal yang tidak terduga.
"Tadinya tidak percaya begitu menemukan satu pasien covid-19. Begitu menemukan pasien itu, saya merasa ternyata memang benar. Yang tadinya tidak dibayangkan ternyata benar. Pasien covid itu memang benar ada," katanya.
"Di perjalanan waktu, ada hal-hal yang tidak kita duga. Misalnya pasien comorbid, pasien itu menjadi jelek dan segala macamnya. Kemudian melihat keluarga yang di isolasi. Pengalamannya ya luar biasa. Campur aduk menjadi satu," imbuh sosok yang juga sekaligus sebagai salah satu Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Covid-19 di rumah sakit Wongsonegoro tersebut.
Saat menemui kasus pasien corona dengan penyakit penyerta atau komorbid, ia menyebut sulit menjelaskan kepada keluarga pasien terutama bila sang pasien sudah tidak bisa tertolong.
"Sampai sekarang yang sulit untuk menerangkan adalah memang pada saat pasien covid-19 itu meninggal, kemudian mengabarkan ke keluarga yang masih tergagap-gagap. Bolak balik pun kita tetap sama saja, berat untuk menjelaskan. Atau misalnya pasien positif covid-19. Menjelaskan ke pasien, ke keluarganya pun juga sama," terangnya.
Ia menambahkan, saat ini di tempatnya bekerja ada kecenderungan pasien corona yang dirawat justru mereka yang berasal dari kelompok lansia.
Menurutnya, pada saat mengabarkan ke keluarga pasien terkadang mereka tidak percaya. Sebab pasien tidak menjalani aktivitas rutin, dan hanya dirumah.
Pasien yang terkonfirmasi positif corona tersebut kata Santi, bisa saja tertular dari anggota keluarga yang usianya relatif muda dan tidak komorbid.
"Banyak kasus seperti itu, setelah kita mengabarkan mereka bertanya-tanya. Ini tidak mungkin, karena tidak ke mana-mana," ucapnya.