Virus Corona Jateng
Soal Klaster Penyebaran Covid-19 di Pasar Tradisional, APPSI Jateng: Wong Pasar Manut, Tapi . .
Penyebaran virus di pasar tradisional dinilai sangat cepat lantaran tingginya interaksi dan banyaknya kerumunan. Serta kurangnya pengelolaan protokol
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: m nur huda
"Perlu peningkatan intensitas pemberiaan edukasi masyarakat pasar. Karena SDM mereka berbeda-beda," tegasnya.
Ia mengakui pasar tradisional berbeda dengan pasar ritel modern atau maul yang bisa dengan mudah mengatur pedagang dan pembeli. Serta bisa membatasi jumlah maksimal pengunjung supaya tidak ada kerumunan.
Belum, lagi lapak para pedagang yang saling berdempetan dan barang-barangnya meluber hingga akses jalan dalam pasar.
Fikri menambahkan di Pasar Induk Wonosobo total ada 4.333 pedagang. Saat ini ada 17 pintu masuk yang dilengkapi tempat cuci tangan dan sebagainya sebagai syarat protokol kesehatan.
Sementara, anggota Komisi B (Bidang Perekonomian) DPRD Jawa Tengah, Imam Teguh Purnomo, menegaskan ada perbedaan perlakuan dari pemerintah kepada pasar tradisional dan pasar modern dalam penanganan corona.
Saat rapat Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, ia menyampaikan agar ada perhatian khusus untuk pasar tradisional dan penerapan protokol kesehatan.
"Saya sampaikan secara tegas kepada dinas terkait agar pasar tradisional dilengkapi fasilitas layaknya pasar modern dalam penanganan covid. Misalnya, ada fasilitas untuk rapid test kepada pedagang dan pengunjung, kasih tempat cuci tangan, disinfektar, bagi masker dan sebagainya," jelasnya.(mam)
2. Anggota Komisi B (Bidang Perekonomian) DPRD Jawa Tengah, Imam Teguh Purnomo.