Virus Corona Jateng
Bupati Banjarnegara Lebih Percaya Tes Swab Ketimbang Rapid Test: Masih Punya Cadangan 800 Swab
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menggencarkan tes swab terhadap warga yang berisiko terpapar virus Covid-19.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menggencarkan tes swab terhadap warga yang berisiko terpapar virus Covid-19.
Pemeriksaan terhadap warga diduga Covid-19 tak harus melalui rapid test terlebih dahulu.
Terlebih, hasil rapid test belum tentu akurat.
• Pulang Kerja, Wanita Ini Temukan Surat dari Driver Ojol di Bawah Pintu, Isinya Kini Viral
• Misteri Meninggalnya Rara Si Bocah Malang, Ditemukan Tewas Telentang di Bawah Pohon
• Anang Hermansyah Syok Lihat Sikap Aurel yang Berubah: Dia Sudah Berani Melawan
• Mantan Ajudan Jenderal Sudirman Hampir Berumur 100 Tahun, Akan Berikan Sesuatu ke SBY Januari 2021
Pasien positif dari hasil rapid test masih harus diuji swab kembali yang hasilnya bisa jadi berbeda.
Tes swab merupakan diagnosa final untuk memastikan apakah pasien tertular virus korona atau tidak.
Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono mengatakan, pihaknya masih memiliki cadangan 800 alat swab.
Alat itu dipakai untuk mengambil cairan atau sampel di saluran pernafasan atau bagian tenggorokan pasien.
Sampel itu kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji Polynerase Chain Reaction (PCR).
Tes PCR dianggap lebih efektif dan akurat sebagai patokan diagnosis ketimbang metode lain semisal rapid test.
"Kita sengaja lakukan itu (swab). Kita lebih awal untuk deteksi lebih dini. Di kota lain malah ada yang sudah pada meninggal,"katanya
Seperti yang dilakukan pihaknya belakangan ini.
Dinkes melakukan swab test terhadap sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Banjarnegara, termasuk tenaga kesehatan.
Hasilnya, dalam sepekan, pihaknya menemukan 15 temuan kasus baru pasien positif Covid-19.
Temuan belasan kasus baru ini tak ayal membuat angka kasus pasien Covid-19 di Banjarnegara kembali melonjak.
Meski terjadi penambahan kasus baru dari klaster ASN, ini lebih baik ketimbang kasus itu tidak terdeteksi hingga risiko penyebaran virus lebih masif.