Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Strategi Angkringan Asmara di Kudus Raup Omzet Tinggi, Menu Makan Diantar Para Pelayan Cantik

‎Lewat Angkringan Asmara, dia mempekerjakan pelayan wanita yang cantik-cantik sebagai strategi marketingnya

Penulis: raka f pujangga | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Raka F Pujangga
Pakai Jasa Pelayan Cantik, Strategi Angkringan Asmara Raup Omzet Tinggi 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Setelah kondisi ekonomi terpuruk akibat pandemi covid-19, membuat sejumlah pelaku usaha harus bangkit kembali.

Satu di antaranya Agung Setianto (34), yang punya cara unik untuk bisa sukses berjualan makanan dengan membuat Angkringan Asmara.

Usaha yang dirintis sejak satu bulan lalu di masa New Normal itu ‎ternyata cukup berhasil meraih perhatian.

‎Lewat Angkringan Asmara, dia mempekerjakan pelayan wanita yang cantik-cantik sebagai strategi marketingnya.

Promo JSM Indomaret Hanya 3 Hari 17-19 Juli 2020, Diskon Minyak hingga Produk Susu, Ini Daftarnya

TNI dengan Mudah Lumpuhkan Pasukan AS yang Bertubuh Besar, Pentagon Menyebutnya Pakai Ilmu Hantu

Nama Indonesia Tercoreng, Sepeda Kemanusiaan Brompton Seri Wheels for Heroes Malah Diperjualbelikan

Promo JSM Superindo 17-19 Juli 2020, Diskon Akhir Pekan Buah hingga Minyak, Berikut Daftarnya

"Ya ini strategi marketing, karena saya melihat pasar. Kalau konsumen itu lebih suka dilayani oleh wanita," ujar dia, saat ditemui di warungnya, Jalan Suryo Kusumo, Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jumat (17/7/2020) malam.

Dia mengatakan, strategi marketing dengan konsep angkringan yang dilayani wanita-wanita cantik itu ‎diperolehnya secara otodidak.

Termasuk fasilitas free wifi bagi pengunjung untuk membuat pengunjung betah berselancar di dunia maya.

Hasilnya ternyata ampuh, meski angkringan tersebut baru buka sebulan terakhir sudah bisa meraih omzet hingga Rp 1,5 juta per malam.

"Omzetnya rata-rata Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per malam. Itu hanya dari angkringannya saja," ujar dia.

Sedangkan untuk karyawannya yang berjumlah lima orang juga mendapatkan honor harian, yang terbagi dalam dua shift yakni pagi dan malam.

Pada saat pagi, pihaknya hanya menyajikan es kelapa muda dari pukul 07.00. Sedangkan angkringannya mulai buka pukul ‎17.00 hingga 01.00 dini hari.

"Pagi buka es kelapa muda, kalau sore sampai malam angkringan. Jadi empat pegawai itu dua shift," ujar dia.

Dia menceritakan, nama asmara tersebut tidak diambil dari pelayannya yang mayoritas adalah perempuan.

Namun nama itu sudah dipakai sejak 30 tahun lalu, saat ayahnya bernama Kasno (55) itu merintis es kelapa muda.

Sehingga nama asmara itu dipakai terus saat dibukanya usaha angkringan tersebut.

"Nama asmara itu sudah lama, ada sebelum angkringan. Ayah saya jualan diberi nama Asmara Kelapa Muda," ucapnya.

Meskipun menggunakan nama asmara, pihaknya memastikan tidak ada pelayanan lain selain menjual makanan.

Dia bersama keluarganya juga ikut membantu berjualan di sana untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.

"Saya selalu ada di sini terus untuk menjaga. Namanya juga jualan sampai tengah malam," jelasnya.

Agung menceritakan, tidak sulit untuk mendapatkan pegawai. Informasi lowongan pekerjaan sudah bisa lewat media sosial dan dari mulut ke mulut.

Bahkan pelayan wanita yang berjualan di sana juga ada yang masih berstatus sebagai mahasiswi.

"Bahkan mahasiswi itu juga termasuknya mampu, karena datang kesini juga bawa mobil. Tapi mau melayani pengunjung angkringan," jelasnya.

Menurutnya, mahasiswi yang ikut bekerja dengannya tersebut karena ingin mencari pengalaman.

"Ya saya pernah tanya kenapa mau bekerja begini katanya punya penghasilan sendiri itu lebih puas," katanya‎.

Biarpun menjalankan aktivitasnya di tengah masa New Normal hingga larut malam, pihaknya tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Sudah ada imbauan untuk mengenakan masker, dan setiap pengunjung diwajibkan untuk mencuci tangan.

"Itu sudah ada tempat cuci tangan, terus imbauan untuk memakai masker juga kami lakukan," jelasnya.

‎Sementara itu, Ulfa (27) pegawai Angkringan Asmara mengatakan, banyak pengunjung yang datang terutama pada saat malam minggu.

Tak sedikit ada yang menggodanya, namun dia menganggap itu hanya sebagai gurauan dengan membalasnya memakai senyuman.

"Banyak malam minggu, di sini sampai penuh," jelas dia.

‎Selain pelayanannya yang ramah, harga jual makanan dan minuman yang terjangkau diperkirakan menjadi daya tariknya.

Harga es degan misalnya, hanya Rp 3.000 per gelas dan harga itu konstan tidak berubah sejak lima tahun lalu.

"Harganya standar menyesuaikan sama sekitarnya juga," ujar dia.

Sedangkan untuk nasi bungkusnya hanya Rp 2.000 dan gorengan Rp 1.000 per buahnya.

"Harganya terjangkau, bisa Wifi gratis juga," jelas dia. (raf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved