Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Polisi Pastikan 6 ABG Beli Bensin Tak Mau Bayar di SPBU Semarang Melanggar Undang-undang Darurat

Peristiwa aksi sekelompok remaja yang mengisi bensin di SPBU Ngaliyan tanpa membayar, ketika ditagih malah menghunuskan senjata tajam.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
Istimewa
Enam ABG Semarang isi bensin tak mau membayar SPBU Ngaliyan. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Peristiwa aksi sekelompok remaja yang mengisi bensin di SPBU Ngaliyan tanpa membayar, ketika ditagih malah menghunuskan senjata tajam.

Kejadian itu ditanggapi oleh Kapolsek Ngaliyan Polrestabes AKP R Justinus.

Dia menilai aksi itu sudah tidak dapat ditolerir lantaran membawa senjata tajam.

6 ABG Isi Bensin Tak Mau Bayar di SPBU Ngaliyan Semarang, Pas Dikejar Pamerin Pedang

Oknum Guru PNS & Pejabat di Banjarnegara Kepergok Dalam Kamar Losmen, Mengaku hanya Konsultasi

Pedagang Wonosobo Tertipu Orderan Pisang Kepok 1 Pikap, Pemesan Mengaku-ngaku Warga Kendal

10 Puisi Sapardi Djoko Damono: Hujan Bulan Juni hingga Yang Fana Adalah Waktu

"Kalau bensin tidak  membayar itu tindak pidana ringan, kami lebih menyoroti bawa senjata tajamnya itu," paparnya kepada Tribunjateng.com.

Menurut Kapolsek, membawa senjata tajam yang dilakukan oleh sekelompok remaja itu sudah termasuk melanggar undang-undang darurat.

Ancaman hukuman selama 20 tahun.

"Kami arahkan korban untuk melaporkan kejadian itu ke Polsek, nanti kami segera tindak lanjuti," paparnya.

Diberitakan sebelumnya, Enam remaja dengan menaiki tiga sepeda motor melakukan tindakan tidak terpuji di SPBU Ngaliyan Semarang, Sabtu (18/7/2020) sekira pukul 01.30 WIB.

Mereka melakukan penipuan terhadap petugas SPBU dengan cara meminta tangki bensin motor mereka diisi oleh petugas setelah itu kabur tanpa membayar.

Petugas SPBU, Martin membenarkan kejadian yang menimpanya tersebut.

Dia pun menceritakan kronologi kelakuan para remaja tersebut.

Saat bertugas shift malam, ada tiga motor dikendarai oleh enam remaja dengan kisaran umur 16 tahun hingga 18 tahun.

Mereka tanpa memakai helm antre di stasiun pengisian khusus motor dan langsung meminta tangki mereka diisi bensin jenis premium.

Motor yang mereka bawa yakni Honda Revo, Vario, dan Beat.

Antean motor paling depan meminta diisi bensin Rp. 20 ribu, dua motor lain masing-masing Rp. 15 ribu.

"Saya tidak menyangka bakal ditipu karena setelah diisi mereka bilang yang akan membayar orang yang paling belakang," terangnya kepada Tribunjateng.com, Minggu (19/7/2020).

Selepas tiga motor diisi, lanjut Martin, remaja paling belakang berlagak akan membayar.

Saat itu Martin juga akan melayani antrian motor berikutnya yang baru saja datang selepas enam remaja itu.

Namun ternyata mereka bertiga menyalakan motornya dan langsung kabur.

"Saya langsung teriaki mereka, konsumen saya yang akan beli bensin jadi tidak membeli lalu mengejar mereka," jelasnya.

Selanjutnya Martin juga ikut mengejar rombongan remaja tersebut tetapi tidak terkejar.

Martin lalu memilih kembali dan konsumennya yang mengejar gerombolan itu ternyata sudah kembali ke SPBU.

Dijelaskan Martin dari penuturan konsumen yang mengejar kelompok itu.

Sempat berhasil memepet para pelaku setelah jembatan penyebarangan tol Ngaliyan.

Setelah itu konsumennya menanyakan ihwal pembayaran bensin namun mereka berkilah.

Mereka mengaku sudah membayar.

Konsumen tersebut tidak percaya dan dijawab oleh kelompok mereka dengan mengeluarkan senjata tajam berupa pedang.

"Mereka bawa sajam ada tiga orang, melihat sajam itu konsumen yang menolong saya akhirnya berhenti mengejar, takut."

"Dia kemudian membunyikan klakson keras-keras dan meneriaki mereka begal," katanya.

Diteriaki begal, lanjut Martin, kelompok itu mempercepat laju kendaraannya ke arah selatan atau ke BSB Mijen.

Dia mengaku tidak mengetahui keenam remaja itu.

Kejadian tersebut juga pertama kali terjadi di SPBU tempatnya bekerja.

"Mereka ada indikasi kelompok begal atau gangster sebab bawa senjata tajam di jalan raya pada malam hari untuk apa, kalau orang biasa tidak seperti itu," jelasnya.

Dari kejadian tersebut, Martin sudah berniat melaporkannya ke Polrestabes Semarang berbekal rekaman kamera cctv.

Dia melaporkan kejadian itu ditemani oleh konsumen yang menolongnya.

Dia mendatangi Polrestabes tidak berselang lama selepas kejadian.

"Saya melaporkan ke Polrestabes bukan Polsek Ngaliyan atas ajakan konsumen saya itu agar penanganan cepat."

"Namun dari pihak kepolisian mengarahkan agar pemilik SPBU yang melaporkan kejadian itu jadi saya memilih mundur," terangnya.

Martin menyebut urung menindaklanjuti laporan itu lantaran tidak mungkin pimpinannya bakal laporan ke polisi untuk mengurus kerugian yang hanya Rp. 50 ribu.

Dia pun lebih memilih mengikhlaskan kejadian itu dengan mengganti minus uang bensinya dengaan uang pribadi.

Dia menganggap kejadian itu sebagai suka duka menjadi petugas SPBU.

"Ya tujuan mengadu ke polisi agar para kelompok remaja itu bisa diringkus dengan harapan mereka jera sebab sudah berbuat tidak bertanggung jawab."

"Apalagi mereka bawa senjata tajam yang tentunya membahayakan," katanya.

Martin menambahkan kejadian ini tidak terulang lagi.

Dia pun akan lebih berhati-hati menghadapi konsumennya.

"Saya selalu berprasangka baik kepada konsumen,semoga enam remaja itu lekas sadar," tandasnya.

(iwn)

Tak Ada Pelajaran Bahasa Inggris, Mahasiswa KKN Undip Beri Motivasi Siswa SD Bangkle 1

Alasan PDIP Belum Turunkan Rekomendasi Pilkada Kendal dan 3 Daerah Lainnya

Petani Purbalingga Kaget Karung Plastik Penyumbat Saluran Airnya Berisi Mayat Orok Masih Merah

Jalan Sriwijaya Semarang akan Dipercantik dan Tambah Lebar Hingga Taman Singosari

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved