Human Interest
Air Mata Riyati Pecah Saat Tahu Rumahnya Dibangun para Donatur
Perjuangan merantau Riyati cari nafkah ke Kota Semarang dan Bali akhirnya berakhir karena harus pulang kampung merawat anaknya seorang diri di Jambu.
TRIBUNJATENG.COM -- Perjuangan merantau Riyati cari nafkah ke Kota Semarang dan Bali akhirnya berakhir karena harus pulang kampung merawat anaknya seorang diri di Jambu.
Bagaimana respon tetangga melihat kegigihannya?
Riyati (48) sedang memasak ketika Tribun Jateng mendatangi rumahnya di dusun Worawari, Desa Genting, kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Minggu (26/7) sore.
Sambil memasak, sesekali Riyati melihat rumahnya yang sedang proses dibangun. Dia tampak tak bisa menyembunyikan air mata bahagia.
Berulangkali mengusap air mata di pipinya.
Sementara, beberapa pekerja yang juga tetangga Riyati tampak menyelesaikan bangunan rumah setengah bata itu.
Mereka ada yang bersihkan pasir dan sebagian lagi menata barang-barang akan ditaruh di ruangan dalam rumah tersebut.
Riyati seorang diri menghidupi anaknya, W (14). Tidak punya rumah layak huni untuk mereka berdua.
Tergugah ingin bantu memperbaiki kehidupan Riyati, para tetangga sepakat iuran untuk bahu membahu membangunkan rumah bagi Riyati.
"Saya berterimakasih kepada para warga dan donatur yang dengan ikhlas membangunkan rumah dan membantu kami berdua," jelas Riyati, sambil terus menyeka air matanya.
Dia bercerita, pernah bekerja di Kota Semarang hingga Bali.
"Sempat bekerja, 2018 di Bali. Anak saya titipkan di rumah budhe. Pokoknya apa saja saya kerjakan. Jadi pembantu rumah tangga sampai jaga toko pernah saya lakoni," ungkapnya.
Saat budhenya meninggal, Riyati pulang ke dusun Worawari merawat anak kandungnya.
"Karena saya memahami bahwa anak saya cuma memiliki saya, tak ada yang lain lagi. Maka saya harus pulang," imbuhnya.
Ia dan anaknya sempat harus menumpang hidup di rumah saudaranya. Kemudian diusir oleh saudaranya.