Berita Banjarnegara
Terjadi Fenomena Alam Bun Upas Dieng, Begini Penjelasan Ilmiah BMKG
Musim kemarau biasa dibarengi dengan fenomena menarik di dataran tinggi Dieng.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Musim kemarau biasa dibarengi dengan fenomena menarik di dataran tinggi Dieng.
Di wilayah itu, sering terjadi pembentukan es di permukaan bumi.
Penampakan kristal es pada tanaman serta benda-benda lainnya tersebut oleh masyarakat sekitar dinamakan “embun upas”.
• Jokowi Telepon Donald Trump, Amerika Serikat Langsung Kirim 1.000 Ventilator ke Indonesia
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Kusnandar Tewas Kecelakaan, Jasad Masuk Selokan
• Kisah Cinta Gadis Ngawi Berakhir Pencurian Motor, Berkenalan di MiChat Lalu kencan dan Motor Hilang
• BREAKING NEWS: Gedung OJK Jateng-DIY di Semarang Roboh
Di bulan Juli awal kemarau ini, sudah terjadi beberapa kali fenomena embun upas di Dieng, khususnya di komplek Candi Arjuna.
Achadi Subarkah Raharjo, Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang menjelaskan, fenomena embun upas adalah proses perubahan wujud benda secara alami yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu dari mengembun, lalu membeku dan kemudian mencair.
Musim kemarau di Indonesia secara regional dipengaruhi oleh mesin cuaca dinamakan “Monsoon Australia”.
Pada musim tersebut, Benua Australia ibarat memiliki mesin kipas angin raksasa, yang menghembuskan massa udara bersifat kering dan dingin ke wilayah Selatan Garis Ekuator Indonesia.
Dataran Tinggi Dieng yang berada pada ketinggian rata-rata ± 2000 mdpl, saat musim kemarau, suhu dapat mencapai 0 ºC atau lebih rendah lagi.
Pola suhunya banyak dipengaruhi perpindahan dan pertukaran radiasi di permukaan, sirkulasi angin lembah dan angin gunung, serta sistem konvektif skala meso.
Saat musim kemarau, Dataran Tinggi Dieng memiliki kelembaban udara yang tinggi, berbeda dari daerah lainnya di Jawa Tengah. Tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan.
"Di sinilah embun upas terbentuk,"jelasnya dalam siaran resmi BMKG, (28/7)
Pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh (terkondensasi) menjelang pagi hari.
Uap air di udara berubah menjadi titik-titik air, di saat yang bersamaan suhu udara harian juga menuju pada titik minimumnya mencapai 0 ºC atau bahkan minus.
Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air (embun) yang telah terbentuk tersebut berubah menjadi kristal es (embun upas).
Embun upas akan bertahan ketika suhunya masih berada pada kisaran titik beku.