Berita Viral
Setelah Pasukan Pergi, Saifullah Menemukan Ayah dan Para Saudaranya Terbaring Telungkup Tak Bernyawa
Mereka tiba-tiba terbangun karena suara rotor helikopter, diikuti dengan terikan melalui megafon
Setelah Pasukan Pergi, Saifullah Menemukan Ayah dan Para Saudaranya Terbaring Telungkup Tak Bernyawa
TRIBUNJATENG.COM - Terdapat laporan bahwa Pasukan Khusus dalam Angkatan Darat Inggris (SAS) dituding telah membunuh warga sipil tak bersenjata selama perang di Afghanistan pada 2011.
Melansir Daily Mail pada Minggu (2/8/2020), telah terungkap dalam dokumen pengadilan tentang surat-surat rahasia kejahatan unit SAS yang melakukan misi malam hari, di mana mereka mengeksekusi warga sipil di desa-desa Afghanistan.
Berkas-berkas kejahatan unit SAS sebelumnya ditahan dari kasus hukum Pengadilan Tinggi yang sedang berlangsung oleh pemerintah.
Sehingga, menyebabkan hakim meminta penjelasan dari Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace.
• Pemerintah Minta Hadi Pranoto Buktikan Klaim Temuan Herbal Obat Covid-19
• Kota Berusia 300 Tahun Muncul Lagi, Warga Filipina Geger, Ada yang Kaitkan dengan Virus Corona
• Dengar Cerita Perjuangan Siswa Yatim Belajar Online Tanpa Listrik dan Internet, Kapolres Terenyuh
• Promo Superindo Hari Kerja 3-6 Agustus 2020, Ini Daftar Lengkapnya, Patuhi Protokol Kesehatan Ya
Dalam serangan malam hari itu, disebutkan telah membunuh lebih dari 33 warga sipil Afghanistan dalam 11 serangan berbeda di rumah-rumah.
Dokumen-dokumen tersebut telah dilihat oleh tim The Sunday Times, yang mengungkapkan suatu insiden penting yang telah diduga sebagai pembunuhan 4 kali lipat oleh pasukan Inggris.
Pada 16 Februari 2011, unit SAS yang tidak disebutkan namanya tiba dengan helikopter Chinook di desa Gawahargin di provinsi Helmand selatan, Afghanistan.
Mereka mencari seorang pemuda bernama Saddam, yang dicurigai sebagai anggota kelompok musuh yang menanam bom di pinggir jalan.
Dengan senjata laser terlatih, mereka menyerbu rumah keluarganya yang terdapat pula anggota keluarga yang lain, termasuk kakaknya bernama Saifullah yang berusia 19 tahun, yang kemudian keluar dengan mengangkat tangan.
Para wanita dan anak-anak, termasuk Saifullah diikat dengan tudung hitam di kepala mereka, kemudian ditahan di salah satu ruangan.
Di menit-menit berikutnya, para wanita, anak-anak, termasuk Saifullah, mendengar suara tembakan.
Setelah pasukan pergi, Saifullah kembali ke rumah untuk mencari ayahnya.
Dia menemukan ayahnya dan saudara-saudaranyaa, dan sepupunya tewas dengan beberapa lubang peluru di kepala mereka.
Dua tahun kemudian, paman Saifullah mengajukan tuntutan kepada pemerintah Inggris atas penahanan dan penganiayaan yang melanggar hukum, karena ia telah dipenjara selama 20 hari tanpa tuduhan, setelah penyerbuan oleh SAS.