Berita Solo
Patok Proyek Tol Solo-Yogyakarta Sudah Ditancapkan di Kapungan Klaten, 3 Desa Jadi Exit Tol
Desa Kapungan di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten terdampak proyek Jalan Tol Solo-Jogja.
TRIBUNJATENG.COM, KLATEN - Desa Kapungan di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten terdampak proyek Jalan Tol Solo-Jogja.
Dari pantauan TribunSolo.com Rabu (5/8/2020) sejumlah titik sudah dipasang patok sebagai penanda wilayah yang akan tergusur oleh proyek fisik dari pemerintah pusat tersebut.
Menurut Staf Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Tol Solo-Jogja Galih Alfandi, proyek yang melewati Kabupaten Klaten diperkirakan sepanjang 30 km.
• Calon Pengantin Wanita Syok Temukan Calon Suami Gantung Diri di Rumahnya Jelang Hari Pernikahan
• Misteri Hilangnya Candi di Gunung Sipandu Dieng Perbatasan Banjarnegara-Batang
• Warga Jalan Bawa Peti Jenazah Keliling Bundaran Gladak Solo, Ada Tulisan Gibran dan Teguh
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Rini Tewas Kecelakaan Ditabrak Mobil, Sopir Lepas Kendali
"Proyek jalan Tol ini Solo-Jogja di Kabupaten Klaten merupakan paling panjang dan luas," aku dia kepada TribunSolo.com.
Galih mengatakan sementara ada 3 desa yang direncanakan menjadi pintu exit Tol Solo-Jogja.
Ketiga desa yaitu Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Ngawen di Kecamatan Ngawen, dan Dompyongan di Kecamatan Jogolanan.
"Ketiga desa tersebut akan menjadi pintu keluar masuk tol," ujar dia.
Adapun warga terdampak proyek jalan Tol Solo-Jogja berharap dapat mendapatkan ganti rugi yang layak dari pemerintah.
Satu wilayah yang bakal terimbas proyek fisik itu di antaranya Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo.
Warga, Sri Hartono (59) meminta pemerintah memberikan ganti rugi tak hanya melihat dari satu sisi saja.
Melainkan dari sisi lainnya seperti sisi mental warga yang terdampak juga mempengaruhi.
"Warga di sini secara batin mungkin tidak rela, sebabnya menimbulkan beberapa beban," ungkap dia.
Hartono mengatakan beberapa beban yang nantinya muncul seperti beban ekonomi hinngga mental warga yang terdampak.
Mengingat beberapa warga yang terdampak yang di sana sudah puluhan tahun tinggal di desa dan bertani.
"Bahkan saya sampai sekarang belum berani bilang ke orang tua saya, takutnya mereka jadi kepikiran," kata Hartono.