Berita Solo
Kisah Ngatimin Jadi Mata-mata Tentara Indonesia Sembunyi Berhari-hari Tidak Makan, Nasibnya Kini
Ngatimin terus memberikan informasi kepada komandan tentara Indonesia soal keberadaan tentara Belanda. Itu guna mendukung strategi
"Komandan berkata, ini tertutup semua siapa yang menutupi, ini luar biasa. Kalau tidak ditutupi ketahuan antek belanda. Berbahaya," tutur Ngatimin.
"Lama-lama saya ketahuan , saya ditanya, kamu gak takut mati? setiap hari lari sana lari sini di tengah baku tembak," tambahnya.
Tekat Ngatimin untuk terjun berlaga sudah sekuat baja, tak ada kata mundur lagi terucap di bibirnya.
"Saya berkata, ndak, pak, saya ndak takut mati saya akan membela bangsa dan negara saya berani karena ayahku ditembak Belanda aku marah luar biasa belum tetangga ayah jadi mayat semua," ucap dia.
"Kalau saya mati di peperangan, saya ikhlas, saya ikhlas, saya korbankan nyawa saya," tegasnya.
Ngatimin muda lantas diberikan peran olah komandan untuk menjadi mata-mata bagi tentara Indonesia.
Ia bahkan sampai harus memerankan sosok yang ditugaskan sang komandan waktu itu.
"Komandan berkata ke saya, kamu saya kasih tugas pengawas musuh karena kamu masih di bawah umur tidak dicurigai musuh dan antek Belanda," kata Ngatimin.
"Kemudian, kamu harus pura-pura jadi anak tidak normal saat ketemu dengan tentara Belanda," imbuhnya.
Peran itupun dijalankan Ngatimin muda dengan baik, tentara Belanda tidak menyangka bila dirinya adalah seorang mata-mata.
"Ada Belanda lewat saya layaknya anak tidak normal ngiler-ngiler gitu. Akhirnya, saya dibiarkan saja," tutur dia.
Ngatimin muda pun harus terus memberikan informasi kepada komandannya soal keberadaan tentara Belanda.
Itu guna mendukung strategi yang disiapkan sang komandan.
Seiring berjalannya waktu, peran Ngatimin muda semakin berkembang.
Tak hanya menjadi mata-mata, ia juga harus memastikan senjata-senjata tentara Indonesia aman disembunyikan di wilayah musuh.