Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Keluarga Korban Kericuhan Maut Pati Tak Terima Penjelasan Polisi

Keluarga dari Satriya Nugroho (20), korban tewas dari peristiwa pembacokan di Jalan Raya Pati-Gabus, menuntut para pelaku dihukum setimpal.

Tribun Jateng/ Mazka Hauzan Naufal
Samirah dan Iwan Sulistiyono, ibunda dan kakak kandung Satriya Nugroho (20), korban tewas dalam peristiwa pembacokan di Jalan Raya Pati Gabus, ketika ditemui di kediaman mereka, Senin (24/8/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Keluarga dari Satriya Nugroho (20), korban tewas dari peristiwa pembacokan di Jalan Raya Pati-Gabus, menuntut para pelaku dihukum setimpal sesuai perbuatannya.

“Tuntutan saya, proses hukum dilanjutkan."

"Saya tidak minta apa-apa selain agar pelaku dihukum sebanding dengan perilakunya yang telah membunuh orang tidak bersalah,” ujar Samirah, ibunda Satriya, ketika ditemui Tribunjateng.com di kediamannya di daerah Randukuning, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati, Senin (24/8/2020).

Sebagaimana diberitakan Tribunjateng.com sebelumnya, Satriya merupakan korban tewas dalam peristiwa bentrokan antarpemuda yang terjadi di Jalan Raya Pati-Gabus, sebelah utara perempatan Jalan Lingkar Pati, atau tepatnya di dekat Gardu Induk PLN, Minggu (16/8/2020) dini hari sekira pukul 02.00 WIB.

Ia tewas dengan luka bacok.

Dua orang teman Satriya menjadi korban luka-luka dalam peristiwa tersebut.

Mereka ialah Tri Candra Purnama (19) dan Moh Azis Sulistiawan (22).

Tri mengalami luka bacok di punggung, sedangkan Azis di punggung dan pantat.

Mereka dirawat di RSUD RAA Soewondo.

Berdasarkan keterangan polisi, kelompok korban beranggotakan delapan orang, sementara kelompok pelaku 11 orang.

Baik kelompok korban maupun pelaku, keduanya membawa benda tajam.

Menurut Kasat Reskrim Polres Pati AKP Sudarno, bentrokan yang menewaskan Satriya tersebut dipicu pemalakan yang dilakukan kelompoknya pada kelompok pelaku.

Ketika tengah melaju dengan sepeda motor, kelompok pelaku dihadang oleh kelompok korban dan dimintai uang.

Versi Keluarga Korban

Ketika diwawancarai, kakak Satriya, Iwan Sulistiyono, meragukan kronologi dari kepolisian bahwa kelompok adiknya melakukan pemalakan sebelum terjadi peristiwa pembacokan.

“Karena jarak waktunya terlalu singkat."

"Adik saya pamit keluar rumah pukul 02.05, tidak sampai setengah jam kemudian saya sudah dapat kabar adik saya tewas."

"Logikanya, kalau ada pemalakan, menunggu sampai ada korban untuk dipalak pasti butuh waktu lama,” ujar dia.

Iwan mengatakan, pada malam sebelum kejadian, Satriya tengah bekerja sebagai juru parkir di kafe dekat rumah.

Ia bekerja sampai pukul 21.30, kemudian pergi ke rumah temannya untuk “ngopi”.

“Sekira pukul 2, ibu saya nyuruh Satriya pulang."

"Lalu saya WA."

"Pukul 02.05 dini hari dia pulang pakai motor sama temannya, tak lama kemudian terus pergi lagi."

"Saya tanya mau ke mana, katanya mau keluar jalan-jalan."

"Dia mau nonton balapan di jalan lingkar."

"Tapi ternyata di sana nggak ada balapan, lalu dia putar balik."

"Nah, di TKP tiba-tiba dia dapat serangan dari belakang,” kata dia.

Begitu mendapat kabar bahwa adiknya mendapat serangan, Iwan langsung meluncur ke TKP.

Namun, lokasi telah sepi ketika ia tiba.

Selanjutnya ia ke IGD RSUD Soewondo, dan di sana perawat memberi kabar bahwa Satriya sudah meninggal.

Iwan menegaskan, antara kelompok adiknya dengan kelompok pelaku tidak saling mengenal.

Ketika ditanyai pendapatnya mengenai temuan polisi bahwa di antara teman sekelompok adiknya ada yang membawa senjata, Iwan mengaku tidak tahu-menahu.

Penjelasan Polisi

Ditemui di ruangannya, Senin (24/8/2020), Kasat Reskrim Polres Pati AKP Sudarno kembali menegaskan bahwa sebelum peristiwa pembacokan, kelompok Satriya memang mengadang kelompok pelaku.

“Bahkan, yang dipakai pelaku untuk membacok Azis, salah satu korban luka, adalah bendo (arit) milik Azis sendiri."

"Jadi, ketika dia dan teman-temannya memotong jalur para pelaku, memalang dengan sepeda motor, bendo yang dia letakkan di pijakan motor matic terjatuh."

"Kemudian diambil pelaku dan dibacokkan."

"Namun, kelompok pelaku juga sudah bawa sajam sendiri,” papar dia.

Ia menegaskan, kedua kelompok yang tidak saling mengenal itu sama-sama dalam keadaan mabuk ketika peristiwa berlangsung.

“Mabuk semua."

"Itu sudah diakui mereka."

"Para korban sendiri sudah mengaku kalau sebelumnya mereka minum-minum di rumah Azis."

"Bahkan pagi hari setelah kejadian, ketika mereka masih linglung, belum bisa dimintai keterangan."

"Namanya kondisi mabuk, wajahnya merah-merah, diminta menunjukkan tempat saja masih bingung,” ungkap AKP Sudarno.

Saat ini, seluruh pelaku telah berhasil ditangkap polisi.

Proses hukum atas mereka masih berlangsung.

Untuk diketahui, sebagian anggota kelompok pelaku masih di bawah umur.

Di antara mereka ada yang putus sekolah.

AKP Sudarno mengatakan, para pelaku di bawah umur mendapat perlakuan sesuai perundang-undangan yang berlaku.

(Mazka Hauzan Naufal)

 
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved