Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Sempat Sepelekan Covid, Hidup Dea Berubah Setelah Keluarganya Satu Persatu Meninggal karena Corona

Menurut Dea, awalnya yang terjangkit adalah kakaknya yang sedang hamil delapan bulan

Editor: muslimah
Kompas.com/Screenshot
Ilustrasi. Petugas pemakaman pasien Covid-19 Jember saat menguburkan jenazah menggunakan tangan di Kecamatan Ambulu ( Kompas.com/Screenshot) 

Sempat Sepelekan Covid, Hidup Dea Berubah Setelah Keluarganya Satu Persatu Meninggal karena Corona

TRIBUNJATENG.COM -  Pandemi Covid-19 seolah belum terlihat ujungnya.

Masih terus terjadi kasus baru di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri, ratusan ribu orang telah terinfeksi virus ini, sementara ribuan nyawa telah menjadi korbannya.

Kisah para penyintas Covid-19 menjadi salah satu yang bermunculan di tengah Pandemi yang tak kunjung berakhir. Seperti kisah Dea Winnie yang kehilangan keluarganya akibat Covid-19.

Dalam wawancara yang diunggah akun youtube Sekretariat Presiden, Minggu, (30/8/2020), Dea menceritakan awal virus Corona atau SARS-CoV-2 menjangkit keluarganya.

Menurut Dea, awalnya yang terjangkit adalah kakaknya yang sedang hamil delapan bulan. Sejak dirawat 19 Mei 2020, kondisinya semakin hari semakin parah.

"Aku inget banget, kakak ku itu chat aku, dia di rumah sakit, dan bilang badannya panas, sempet di rapid hasilnya non reaktif, semakin hari semakin batuknya parah banget dan sesak nafas banget."

"Pada lebaran ke dua, sudah benar benar tidak bisa nafas, sempet dilarikan ke IGD,"kata dia dalam wawancara dengan dokter Reisa Broto Asmoro.

Pada tanggal 29 Mei, sang ayah menyusul dilarikan ke rumah sakit dan divonis terinfeksi Covid-19. Sehari kemudian sang ayah dinyatakan meninggal.

"Papah hanya satu malem di RS, jadi jarak dua jam, papahku dimakamkan jam 6 magrib, ponakanku jam 8 setengah 9 malem," katanya.

Setelah ayah dan keponakan, menurut Dea, kakaknya yang kemudian meninggal. Menyusul kemudian ibunya, Pada 2 Juni, setelah mendapatkan perawatan intensif.

"Tanggal 2 Juni, jam 15,30 meninggal. Jam 1 dia telepon aku, bilang sudah engga kuat," katanya.

Dea mengaku awalnya dia merupakan orang yang menyepelekan Covid-19. Awalnya ia menilai Covid-19 hanya penyakit flu biasa.

Namun setelah satu per satu keluarganya meninggal, ia sadar bahwa Covid-19 sangat berbahaya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved