Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Daki Lawu Melalui Jalur Tambak, Bisa Lihat Pemandangan Memukau dan Edelweis Ungu

Jalur baru pendakian Gunung Lawu menjanjikan pemandangan yang memukau. Jalur baru tersebut adalah Jalur Tambak, di Dusun Tambak, Desa Berjo

Penulis: Agung Dwi Ertarto | Editor: galih pujo asmoro
Tribun Jateng/Agus Iswadi
Gerbang jalur pendakian Gunung Lawu via Tambak di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Karanganyar. 

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Jalur baru pendakian Gunung Lawu menjanjikan pemandangan yang memukau.

Jalur baru tersebut adalah Jalur Tambak, di Dusun Tambak, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar.

Mendaki Lawu dari jalur itu, pendaki akan menjumpai bunga edelwis ungu dan pemandangan tak kalah elok dibanding jalur pendakian lain.

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar berencana akan membuka jalur pendakian baru itu secara resmi bulan ini.

Saat ini, jalur itu masih dikelola warga sekitar yang dikoordinir relawan Generasi Tambak Pecinta Alam (Gentapala).

Meski mulai beroperasi untuk umum pada pertengahan Agustus 2020, sebenarnya Jalur Tambak merupakan jalur lama yang sering digunakan warga sekitar apabila hendak menuju puncak Gunung Lawu.

Selain itu, jalur tersebut juga kerap digunakan warga untuk mencari rumput sebagai pakan ternak ke dalam kawasan hutan.

Ketua Relawan Gentapala, Paryanto menyampaikan, Jalur Tambak memiliki lima pos pendakian. Jarak tempuh dari basecamp hingga puncak sekitar 9 km, dengan estimasi tempuh normal sekitar 10 jam perjalanan.

Ia mengatakan, jalur tersebut sudah cukup lama digunakan.

"Cerita yang saya dengar, dulu digunakan abdi dalem keraton untuk naik ke puncak. Lalu jalur itu jarang dilalui."

"Pada 2000-an, kami mencoba membuka lagi jalur yang tertutup."

"Sempat vakum dan mulai dibuka lagi pada 2015."

"Dilengkapi pos-pos, rambu dan sebagainya hingga Agustus tahun ini dibuka untuk umum," katanya, Sabtu (5/9).

Selain itu, tambahnya, Jalur Tambak masih asri. Medannya tanah dan dikelilingi pohon-pohon rindang menjulang.

"Untuk edelweis ungu bisa ditemukan di antara Sabana Suket Kuning (pos) hingga Sunset Camp. Itu jarang ditemukan di jalur lain," ucapnya.

Paryanto menjelaskan, mengingat Jalur Tambak belum lama beroperasi, para pendaki akan diberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian atau semacam pengenalan medan.

Ada sebanyak 30 personel yang merupakan warga sekitar disiapkan di basecamp pendakian.

Sementara untuk karcis pendakian, sesuai aturan Disparpora Karanganyar, Rp 20 ribu per orang.

Selain itu, ada aturan yang harus ditaati para pendaki.

Misalnya dilarang membuang sampah sembarangan, peralatan yang harus dibawa, dan larangan membuat api unggun untuk mengantisipasi kebakaran.

Sementara untuk mengantisipasi pendaki yang keluar dari jalur, rambu penunjuk arah sudah dipasang di sepanjang jalur.

Warga sekitar yang juga pengelola, Ponco Margono menambahkan, selain menawarkan keindahan alam Gunung Lawu yang masih asri, pendaki juga diberikan kemudahan apabila melakukan pendakian melalui Jalur Tambak.

Menurutnya, jarak dari basecamp hingga pos 1 sekitar 1,5 kilometer.

Pendaki bisa menggunakan jasa ojek dengan membayar Rp 30 ribu per orang.

Sesuai arahan dari Perhutani pengguna sepeda motor hanya boleh melintas hingga pos 1.

"Jalurnya berbeda dengan jalur pendakian. Jalur ojek melewati jalur yang sering digunakan warga mencari rumput," terangnya.

Sejak beroperasi pada pertengahan Agustus 2020, sudah sekitar 250 pendaki yang melakukan pendakian lewat Jalur Tambak.

Mereka tidak hanya berasal dari berbagai daerah. Mulai dari Soloraya, Jakarta, Bandung, Semarang, Kediri, dan Pekalongan. (Agus Iswadi)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved