Virus Corona Jateng
Pulang dari Semarang, Relawan Uji Vaksin Sinovac Terpapar Covid, Dimana Dia Tertular? Ini Kata Hakam
"Positif bukan dari vaksin, kalau dari vaksin kan itu virus yang mati. Dia kontak (pergi) ke Semarang," ujar Kusnandi melanjutkan
"Seperti suntik biasa-biasa saja di puskesmas kalau mau imunisasi, demam minum parasetamol, nyeri nanti hilang dalam dua hari. Kita ikuti kan setelah suntik 30 menit pertama kita lihat, ada alergi atau tidak, ada memar atau tidak, terus dihubungi lagi dua hari berturut-turut dengan telepon," tutur Kusnandi menambahkan.
Ditargetkan uji klinis ini bisa rampung awal tahun depan dan produksi vaksin ini akan dilakukan oleh Biofarma yang memiliki kapasitas produksi vaksin COVID-19 hingga 250 juta dosis per tahun.
Perlu Tracing
Merespons hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Semarang menyarankan sebaiknya relawan tersebut dilakukan tracing untuk memastikan penyebab penularan.
"Harus dipastikan yang bersangkutan (relawan) 14 hari sebelumnya selain pergi ke Semarang ke mana lagi. Jalur yang ditempuh saat ke Semarang menggunakan darat atau udara, kendaraan umum atau pribadi kan juga harus ditelusuri," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, saat dikonfirmasi, Jumat (11/9).
Dia menduga relawan tersebut kemungkinan bisa saja tertular saat di perjalanan. "Karena bisa jadi yang bersangkutan (relawan) justru terpapar saat diperjalanan. Apalagi jika menggunakan jalur darat, faktor risiko selalu ada," jelasnya.
Menurutnya, terinfeksinya relawan tersebut bisa saja karena virulensi virus yang tinggi. Virulensi adalah takaran kemampuan suatu mikroorganisme (virus) untuk menimbulkan penyakit. Sebab, setiap vaksin atau obat yang sudah beredar pun memiliki nilai efektifitas yang hanya mendekati 100 persen.
"Katakanlah vaksin ini efektivitasnya hanya 98 persen dan memiliki kemungkinan 2 persen untuk gagal. Dalam konteks ini yang bersangkutan mungkin masuk dalam kategori 2 persen yang gagal itu," katanya.
Dia menduga terinfeksinya relawan tersebut juga kemungkinan karena vaksinasi yang belum sempurna. "Apalagi terapi vaksinasi yang diberikan belum sempurna, baru satu kali," terangnya.
Di sisi lain, seorang relawan uji vaksin, mengungkapkan, para relawan dibagi dalam dua kelompok, yakni vaksin dan plasebo serta dilakukan dengan prinsip observer blind atau tersamar.
“Para relawan dalam uji klinis ini tidak tahu apakah yang mereka terima vaksin yang berupa virus yang sudah dimatikan atau placebo yang berupa larutan tanpa vaksin,” ujar salah satu relawan uji klinis, Herlina Agustin, kepada kompas.com.
Herlina mengatakan, semua relawan menjalankan rangkaian pemeriksaan yang sama. Mulai dari tes swab, paru-paru, darah, kehamilan, dan lainnya. Setelah dinyatakan negatif Covid-19 dan bebas dari penyakit ringan, sedang, ataupun berat, baru relawan tersebut bisa menerima suntikan vaksin atau plasebo.
“Dipilihnya kan secara acak siapa yang dapat vaksin, siapa yang dapat plasebo. Relawan sendiri enggak tahu, yang tahu ya dokternya,” ucap dia. (reni/kpc/eyf)