Berita Karanganyar
Nasib Warga Krendowahono 7 Kali Gagal Ngebor Sumur Dalam, Air Mahal Pas Kekeringan
Kekeringan melanda Desa Krendowahono Kabupaten Karanganyar. Warga gagal mengebor sumur air dalam.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Tujuh kali pengeboran sumur dalam di Desa Krendowahono Kecamatan Gondangrejo tidak kunjung menuai hasil karena terkendala beberapa faktor seperti letak geografis.
Semula Pemerintah Desa Krendowahono mengajukan bantuan pembuatan sumur dalam ke Baznas Karanganyar karena satu Penyedia Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di satu dusun mengalami kerusakan. Sehingga membuat pasokan air bersih untuk warga sekitar menjadi terhambat. Pengeboran sumur dalam pertama kali dimulai sejak 2019 lalu.
Kades Krendowahono, Sarif Hidayat menyampaikan, pengeboran sumur dalam guna memperlancar pasokan air warga yang tinggal di sekitar Dukuh dan Ngrawan sudah dimulai pada 2019 lalu.
"Pengeboran di Dukuh sudah enam kali, ditambah satu di Ngrawan. Total sudah 7 kali. Kendalanya karena letak geografisnya sudah diprediksi. Banyak cekungan yang menipu. Kalau di Dukuh, airnya asin dan mengandung belerang," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (15/9/2020).
Dia menjelaskan bantuan pengeboran sumur dalam itu berasal dari Baznas dan BBWSBS melalui pengajuan BPBD Karanganyar. Lanjutnya, pengeboran sumur dalam yang ketujuh masih dalam pengerjaan. Hingga saat ini kedalamannya sudah mencapai sekitar 102 meter.
"Kalau jadi (bisa digunakan), bisa mencukupi kebutuhan air di tiga RT. RT 2 dan 7 di Ngrawan dan RT 6 di Dukuh. Ada sekitar 80 KK atau 100 lebih jiwa," ucapnya.
Syarif berharap pengerjaan sumur bor ketujuh kalinya ini dapat berjalan lancar. Sehingga dapat mengantisipasi apabila kemarau berkepanjangan. Dirinya juga berharap pemerintah kabupaten dapat membantu pengadaan sumur dalam lagi terutama di daerah Ngrawan Desa Krendowahono.
Warga yang juga sekaligus Ketua RT 1 Ngrawan, Agus Sholeh menyampaikan, sudah tidak menggunakan air dari sumur dalam yang saat ini masih berfungsi lantaran airnya mengandung kapur. Dia beralih membeli air galon isi ulang dan dari sumber mata air Sumur Emas Desa Dayu untuk kebutuhan konsumsi anggota keluarganya sejak tiga bulan terakhir.
"Kalau ambil air di Sumur Emas, seminggu ambil 6 jerigen atau 120 liter. Titip orang per jerigen biayanya Rp 6.000- Rp 7.000. Kalau ambil sendiri biayanya Rp 1.000 per jerigen," terangnya.
Sedangkan kebutuhan air untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) dan sebagainya, Agus lebih sering menggunakan air dari sumur dalam. Air yang diambil dari Sumur Emas biasanya digunakan Agus untuk kebutuhan konsumsi dan masak.
"Kalau cuci ambil air dari sumur, karena kalau airnya dikonsumsi kurang bagus mengandung kapur," jelasnya.
Dirinya sempat menggunakan air dari sumur dalam untuk kebutuhan konsumsi karena mempertimbangkan faktor kesehatan akhirnya beralih ke air galon atau air dari sumber mata air. Antara sumber mata air Sumur Emas dengan rumahnya berjarak sekitar 1 Km.
Agus mengungkapkan, air yang berasal dari sumur dalam harus melalui tiga kali tahap penyaringan sebelum dapat dikonsumsi.
"Diendapkan dulu dalam gentong. Lalu dimasak dan diendapkan lagi. Kalau masih terlihat kuning ya tidak dikonsumsi," pungkasnya.
(Ais)