Sains
Bagaimana Bulan Terbentuk? Simak Tiga Teori Berikut Ini
Hingga kini, asal usul Bulan, satelit satu-satunya Bumi masih menjadi misteri bagi para ilmuwan.
TRIBUNJATENG.COM - Hingga kini, asal usul Bulan, satelit satu-satunya Bumi masih menjadi misteri bagi para ilmuwan.
Terbentuknya Bulan menjadi pertanyaan yang banyak disampaikan orang yang masih penasaran dengan benda langit yang selalu memancar terang bercahaya di langit malam Bumi.
Planet terbentuk di Tata Surya diyakini terjadi setelah Matahari berputar-putar menjadi cahaya.
• Sule Pernah Diusir dari Kontrakan, Untung Ada Bedu
• Mahasiswa Kaya di Kampus Ini Diduga Bersaing Meniduri Mahasiswi Termiskin, Obrolannya Tersebar
• Menteri Ida Fauziyah Pastikan BLT Batch III Untuk Karyawan Swasta Gaji di Bawah Rp 5 Juta Cair
• Ini Bedanya Orang Mati Bunuh Diri dan Dibunuh Menurut Ahli Forensik
Butuh sedikitnya ratusan juta tahun lagi agar Bulan Bumi muncul.
Melansir Space.com, Selasa (15/9/2020), ada tiga teori terbentuknya bulan, di antaranya hipotesis benturan besar (giant impact hypothesis, co-formation theory dan teori tangkap).
1. Giant Impact Hypothesis
Hipotesis benturan atau tumbukan besar disebut sebagai teori yang berlaku dan diakui oleh komunitas ilmiah.
Hipotesis ini menyatakan bahwa bulan terbentuk ketika sebuah benda menabrak Bumi purba.
Seperti planet lain, Bumi terbentuk dari sisa awan debu dan gas yang mengorbit Matahari muda.
Awal Tata Surya adalah tempat yang penuh dengan kekerasan dan sejumlah benda yang tercipta tidak pernah benar-benar mencapai status sebagai planet sepenuhnya.
Salah satunya bisa saja menabrak Bumi tidak lama setelah planet muda terbentuk.
Dikenal sebagai Theia, berukuran sebesar Mars bertabrakan dengan Bumi, melemparkan potongan kerak planet muda yang menguap ke luar angkasa.
Gravitasi mengikat partikel-partikel yang terlontar bersama-sama, lalu menciptakan bulan yang terbesar di Tata Surya yang berkaitan dengan planet induknya, yakni Bumi.
Formasi semacam ini akan menjelaskan mengapa sebagian besar material bulan terdiri dari elemen yang lebih ringan, membuatnya tidak sepadat Bumi.
Di mana bahan yang membentuknya berasal dari kerak Bumi, sementara inti batuan planet tidak tersentuh.
Saat materi tersebut menyatu di sekitar material sisa dari inti Theia, ia akan berpusat di dekat bidang ekliptika Bumi, jalur yang dilalui Matahari melalui langit, di mana bulan mengorbit hingga hari ini.
"Ketika Bumi muda dan benda ini saling bertabrakan, melibatkan energi yang sangat besar hingga 100 juta kali lebih besar dari peristiwa yang diyakini telah memusnahkan dinosaurus," kata ilmuwan NASA.
Kendati ini adalah teori yang paling populer, namun kebanyakan model menyarankan bahwa lebih dari 60 persen bulan seharusnya terbuat dari bahan dari Theia.
Akan tetapi, sample batuan dari misi Apollo menunjukkan hal sebaliknya.
"Dalam komposisi Bumi dan Bulan hampir kembar, perbedaan komposisi paling sedikit hanya dalam satu juta," kata Alessandra Mastrobuono-Battisti, seorang astrofisikawan di Institut Teknologi Israel di Haifa.
2. Co-formation theory
Teori ini menyatakan bahwa asal usul Bulan juga dapat terbentuk pada waktu yang sama dengan Bumi.
Dalam penjelasan ini, gravitasi akan menyebabkan materi di tata Surya awal saling menarik dan pada saat yang sama partikel yang saling terikat bersama membentuk Bumi.
Oleh sebab itu, menurut teori ini Bulan seakan memiliki komposisi yang sangat mirip dengan planet.
Meskipun Bumi dan Bulan memiliki banyak materi yang sama, bulan jauh lebih padat dari planet kita.
Peneliti Robin Canup, dari Southwest Research Institute di Texas, pada tahun 2012 mengusulkan bahwa Bumi dan bulan terbentuk pada saat yang sama ketika dua benda masif yang berukuran lima kali Mars saling bertabrakan.
3. Capture theory
Menurut teori ini, kemungkinan gravitasi Bumi menarik benda yang lewat, seperti yang terjadi pada bulan-bulan yang lain di Tata Surya ini.
Seperti Phobos dan Deimos yakni bulan milik Mars. Di bawah teori tangkap, benda berbatu yang terbentuk di tempat lain di Tata Surya bisa saja ditarik ke orbit di sekitar planet Bumi.
Teori ini menjelaskan perbedaan komposisi Bumi dan Bulan, namun pengorbit semacam itu seringkali berbentuk aneh, tidak berbentuk bulat seperti pada Bulan.
Jalur mereka cenderung tidak sejajar dengan ekliptika planet induknya, juga tidak seperti bulan.
Kendati co-formation theory dan capture theory menjelaskan beberapa elemen tentang keberadaan bulan, namun masih ada pertanyaan yang belum terjawab.
Saat ini, hipotesis tabrakan besar tampaknya mencakup lebih banyak dari pertanyaan-pertanyaan ini, menjadikan teori tersebut sebagai model terbaik yang sesuai dengan bukti ilmiah tentang bagaimana Bulan terbentuk atau diciptakan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rahasia Alam Semesta: Bagaimana Bulan Terbentuk?"
• Gilang Dirga Berselisih dengan Fans Rizky Billar dan Lesti Kejora, Ini Sebabnya
• Kuasa Hukum Sebut Mantan Suami Jenita Janet Tidak Jujur soal Harta Gana-gini
• Susuri Tempat Gelap, Begini Perjuangan Petugas Sensus Kendal, Data Tunawisma hingga Tengah Malam
• 10 Pesilat PSHT di Sukoharjo Diserang Sekelompok Orang Bercadar, 2 Pesilat Luka