Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Sikap Erdogan Tiba-tiba Melempem, Militernya Sampai Desak Presiden untuk Lawan Eropa

Padahal Uni Eropa sudah geger dengan sikap agresif militer Turki yang tidak kenal mundur, khususnya Perancis

Editor: muslimah
AFP / ADEM ALTAN
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. 

Hal itu didorong karena sekuleris di antara mereka telah disingkirkan, dengan alasan telah dicurigai terlibat dalam percobaan kudeta pada Juli 2016 yang gagal.

"Erdogan adalah bagian dari aliansi dengan pensiunan ekstremis dan perwira militer anti-Barat," kata penulis politik Turki Ilhan Tanir.

“Ini adalah perwira yang sama yang mempertahankan kebijakan ekspansionis di Laut Aegea, Mediterania, dan laut lainnya, dan mempromosikan perjanjian maritim dengan Libya," tambahnya.

Tanir melanjutkan bahwa hubungan antaranggota aliansi itu, saling menguntungkan, karena Erdogan menerima persetujuan untuk kebijakannya di Libya dan pensiunan perwira militer mendapatkan pengakuan, pengaruh, dan selebriti.

Tanir mengatakan kepada The Arab Weekly bahwa sejak percobaan kudeta pada 2016, “Erdogan telah mampu menekan oposisi di media, tentara dan negara, dan ketika mantan Kepala Staf Hulusi Akar menjadi Menteri Pertahanan, Erdogan memperoleh kendali yang lebih besar atas tentara.

"Jadi, Erdogan tidak mengadopsi dasar-dasar pengawasan dan keseimbangan di jajaran sipil atau militer," kata Tanir.

Henri J.Barkey, profesor hubungan internasional di Universitas Lehigh di Amerika Serikat, memperkirakan konfrontasi di Laut Mediterania akan meningkat, jika Turki yang memiliki kekuatan angkatan laut dan tentara yang signifikan di kawasan itu, tetap bersikukuh pada ambisi mereka mengenai kekayaan Mediterania Timur.

Barkey, yang menjabat sebagai asisten peneliti senior untuk studi Timur Tengah di Dewan Hubungan Luar Negeri AS, mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa wacana menantang Erdogan bertujuan untuk mencoba mendorong pihak lain di Mediterania untuk memasukkan Turki dalam negosiasi tentang berbagi sumber daya daerah tersebut.

Namun, agak tidak mungkin terjadi bila mengingat hukum internasional berpihak pada Yunani. Pada Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tujuh negara Mediterania menginginkan "dialog dengan itikad baik" bersama Turki, yang memimpin kebijakan ekspansionis di Mediterania.

Dia merujuk pada "keinginan untuk memulai dialog yang bertanggung jawab dan menemukan keseimbangan, tanpa kenaifan dan dengan niat baik."

Baca Juga: Dibiayai Selama 22 Tahun Wanita Asal Salatiga Ini Tak Tahu Kalau Ayah Angkatnya yang Asal Hong Kong Adalah Aktor Terkenal di Dunia

Penolakan internasional terhadap proyek-proyek Ankara di Mediterania semakin meningkat, dengan Washington mencabut embargo senjata di Siprus, dan Yunani merundingkan pembelian pesawat tempur dari Perancis.

Pada Kamis, Hulusi Akar mengatakan bahwa pencabutan embargo senjata oleh Washington terhadap Siprus yang dikelola Siprus-Yunani akan mengarah pada jalan buntu.

"Jika Anda mencabut embargo dan mencoba mengganggu keseimbangan dengan cara ini, itu akan menimbulkan konflik, bukan perdamaian," tambah Akar dalam ancaman perang yang terselubung.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa negaranya telah mencabut pembatasan yang diberlakukan pada penjualan peralatan dan layanan pertahanan, tidak mematikan ke Republik Siprus untuk tahun fiskal berikutnya, yang membuat marah Turki.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved