Berita Regional
Ini Beragam Tanggapan Terkait Polemik Seksual Education di Universitas
Seksual Education (SE) yang dianggap sebagai ajaran seks bebas dalam materi perkenalan mahasiswa baru tengah ramai diperbincangkan.
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Seksual Education (SE) yang dianggap sebgai ajaran seks bebas dalam materi perkenalan mahasiswa baru tengah ramai diperbincangkan.
Bahkan hal itu sempat menjadi polemik Universitas Indonesia (UI) dengan anggota DPR fraksi PKS.
Buntutnya UI melayangkan surat pernyataan agar anggota DPR fraksi PKS meminta maaf, karena dianggap mencemarkan nama baik UI.
• BREAKING NEWS: Bikin Geger Hendak Sebar Virus Corona di Jerakah Semarang, Satu Keluarga Dievakuasi
• Arief Poyuono Terlempar dari Waketum Partai Gerindra, Ini Jawaban Sekjen Ahmad Muzani
• Orangtua Laeli Pelaku Mutilasi di Kalibata City Ingin Hukuman Putrinya Diringankan
• Korban Mutilasi Punya Istri Seorang Pramugari
Tak hanya di Jakarta, polemik di dunia pendidikan tingkat perguruan tinggi tersebut juga menjadi sorotan mahasiswa, komunitas, maupun kampus di beberapa daerah.
Menurut Nurul Iklasiah, dari Perkumpulan Samsara, yang fokus pada ekuasi kesehatan dan seksual dan reproduksi, edukasi seksual bukan berarti memberikan ajaran seks bebas.
"Banyak yang salah paham mengenai itu, SE itu berguna untuk self awareness setiap orang khususnya perempuan. Tapi pemberian materinya pun harus komprehensif, jelas dan akurat sesuai perkembangan ilmu pengetahuan," paparnya kepada Tribunjateng.com, melalui sambungan telpon, Minggu (20/9/2020).
Dilanjutkannya, dalam SE juga ditekankan soal consent atau persetujuan seseorang sebelum memutuskan sesuatu, yang berhubungan dengan tubuhnya.
"Tujuannya agar tiap orang memiliki kemampuan dan kendali dalam memilih keputusan, khususnya yg berkaitan dengan tubuh, kelamin dan organ reproduksi. SE juga dapat menurunkan angka kekerasan berbasis gender," katanya.
Nurul menjelaskan, bahkan sudah ada riset, di mana remaja yang mendapat edukasi seksualitas secara komprehensif, mereka menunda berhubungan seksual, dan menurunkan angka kehamilan tidak direncanakan, serta menekan penularan penyakit seksual.
"Bagi perempuan SE sangat berguna, agar mereka mengenal tubuhnya dengan lebih baik, sehingga nereka menjadi berdaya, memahami resiko saat berhubungan seksual, mampu menolak atau memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan tubuhnya. Sementara bagi laki-laki, SE bisa menumbuhkan kepedulian terhadap perempuan," paparnya.
Sementara itu, Ikhsan satu di antara mahasiswa UIN Walisongo Semarang, menuturkan, pemberian SE ke mahasiswa baru tidak menjadi hal tabu dan sah dilakukan.
"Tidak ada kaitannya dengan hal apapun, apalagi mengajarkan seks bebas. Menurut saya justru adanya SE untuk mengajar sesorang lebih paham tentang reproduksi laki-laki atau perempuan. Bahkan bisa menumbuhkan rasa saling menghargai dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terkhusus pada mahasiswa," tambahnya. (bud)
• Tiap Jumat AKBP Rudy Cahya Kurniawan Safari ke Masjid di Kebumen, Ini Pesannya
• Yuni-Suroto Deklarasi di Posko Pemenangan, Partai Demokrat yang Tak Gabung Koalisi Juga Hadir
• Pelatih PSIS Semarang Dragan Djukanovic Ingin Perbanyak Internal Game Jelang Liga 1 2020