Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

"Anak-Anak Udah Kenyang, Kantin Sepi" Nasib Pedagang Kantin di Tengah Program MBG Semarang

Dampak makan bergizi gratis (MBG) membuat kantin sekolah menjadi sepi padahal biasanya melayani antrean siswa.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Rezanda Akbar D.
ILUSTRASI - Makan bergizi gratis yang berjalan di salah satu SMA Kota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Sudah beberapa minggu ini Bu Bon (samaran) lebih sering menatap meja kantin yang kosong ketimbang melayani antrean siswa.

Biasanya, dua kali istirahat jadi waktu paling sibuk anak-anak menyerbu nasi goreng, mi instan, dan nasi rames buat mengganjal perut sebelum bel pulang berbunyi.

Sekarang, aroma gorengan di dapurnya jarang menyebar ke ruang kelas.

Baca juga: BREAKING NEWS 192 Murid SMP di Salatiga Kompak Izin Sakit Setelah Kemah 3 Hari dan Santap MBG

“Anak-anak udah dapat makan dari program MBG, jadi jarang beli. Kantin sepi,” ujarnya, sambil menyapu pelataran kantin, Senin (6/10/2025).

Di seberang pagar sekolah, Indun, penjual cilok dan siomay, juga merasakan nasibnya serupa. 

Dulu dagangannya lebih sering habis sebelum Asar, kini sering tersisa hingga malam.

“Tetap ada yang beli, tapi nggak kayak dulu. Mungkin karena udah kenyang makan di sekolah,” katanya pasrah.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang lahir dari niat baik menyehatkan anak, memperkuat konsentrasi belajar, dan menekan angka gizi buruk.

Tapi di balik kotak makan yang dibagikan setiap siang, ada dapur-dapur kecil yang kini kehilangan pengunjung setia.

20251006_MBG di Semarang_2
ILUSTRASI - Makan bergizi gratis (MBG) yang berjalan di salah satu SMA Kota Semarang.

Gelombang Kritik di Luar Kelas

Dan di luar sekolah, gelombang kritik terhadap pelaksanaan program MBG di Jawa Tengah juga terus menguat.

Setelah sederet kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ribuan siswa, kini giliran Koalisi Masyarakat Sipil untuk Anak Sehat Jawa Tengah yang bersuara keras.

Koalisi ini menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang melibatkan sedikitnya 1.398 siswa di berbagai kabupaten dan kota. 

Para siswa diduga mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.

“Program yang seharusnya memastikan gizi anak-anak justru berujung pada bencana kesehatan. Ini bukan hanya soal kelalaian teknis, tapi kegagalan sistemik dalam tata kelola dan pengawasan program,” ujar Ilham, Peneliti Pusat Telaah Informasi Regional Semarang (Pattiros).

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved