Berita Semarang
Kisah Ika Yudha Pendiri Bank Sampah Resik Becik di Semarang, Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Jual
Masa Pandemi virus Corona memiliki dua sisi mata uang bagi Bank Sampah Resik Becik (BSRB) Kota Semarang.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Masa Pandemi virus Corona memiliki dua sisi mata uang bagi Bank Sampah Resik Becik (BSRB) Kota Semarang.
Pasalnya suplai sampah dari masyarakat mengalami kenaikan lonjakan.
Di sisi lain, hasil penjualan kreasi dari sampah anjlok.
• Viral Penjual Online Roti Pisang Rugi Banyak karena Pembeli Salah Tulis 1/2 Jadi 12
• Kisah Mbah Waryono Sampai ke Telinga Walikota Semarang, Hendi: Luar Biasa
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, 3 Tewas Kecelakaan Innova Vs Truk di Tol, Asal Tegal & Pekalongan
• Duduk Perkara Anak Robohkan Rumah Sendiri Ketimbang Ditempati Ibu Kandung di Ponorogo
Pendiri sekaligus pengelola BSRB Ika Yudha Kurniasari menuturkan, kenaikan serapan jumlah sampah di bank sampah yang ia kelola lantaran selama pandemi masyarakat banyak beraktifitas di rumah.
Hal itu berimbas pada naiknya jumlah sampah rumah tangga.
"Normalnya serapan seluruh jenis sampah perbulan mencapai 200 kilogram sampai 300 kilogram."
"Selama pandemi naik di angka 500 kilogram hingga 700 kilogram," beber Ika di Kantor BSRB di Jalan Madukoro V, Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Rabu (23/9/2020).
Ika menyebut, total nasabah di bank sampah terdapat 500 orang di seluruh Kota Semarang.
Nasabah aktif sekira 50 persen dari total nasabah.
"Kenaikan serapan sampah ini tentu bagus karena kami olah dan pilah untuk kreasi, sisanya kami distribusikan ke pengepul," paparnya.
Di sisi lain, Ika menjelaskan, sempat mengalami kesulitan melakukan penjualan hasil kreasi bank sampah.
Ia menyadari di masa pandemi membeli hasil kreasi bank sampah seperti tas, sajadah, dompet dan lainnya bukan kebutuhan utama masyarakat.
Bahkan penjualan hasil kreatif sempat tidak ada pemasukan sama sekali.
Ia lalu mencoba tetap berkreasi dengan mencari peluang-peluang baru yang dapat digarap kelompoknya.
"Kami lalu mencoba menggarap masker berbahan kain perca di awal masa pandemi, alhamdulillah mampu untuk menutupi biaya operasional," katanya.