Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Setitik Sinyal Itu Ada di Bukit Dekimati, Potret Perjuangan Siswa MTs Pakis Hadapi Ujian Online

Jarak yang ditempuh sekira 500 meteran, sementara tinggi bukit itu sekitar 700 mdpl dari pemukiman

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Siswa-siswi MTs Pakis, Grumbul Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas yang sedang mengerjakan ujian online di bukit Dekimati karena belum diperbolehkannya pembelajaran tatap muka, pada Kamis (24/9/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Setapak demi setapak kaki-kaki kecil itu menaiki bukit yang dinamai bukit Dekimati.

Menyusuri hijau dan rindangnya pepohonan pinus perhutani.

Peluh sedikit membasahi kerah baju.

Tidak mengapa, karena semangat masih menggebu-gebu.

Jarak yang ditempuh sekira 500 meteran, sementara tinggi bukit itu sekitar 700 mdpl dari pemukiman.

Orang sana sering berkata jika bukit itu dikelilingi petilasan.

Masa bodoh kata mereka.

Tas ransel berisi buku Matematika mulai dikeluarkan dengan tak lupa perangkat gawai dipegangnya.

Di titik paling tinggi, Grumbul Pesawahan,
Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas sembilan anak
MTs Pakis itu ujian online bersama.

Jadwalnya adalah Matematika.

Dibukanya aplikasi google form di HP-nya masing-masing.

Seperti yang dilakukan oleh siswa kelas VIII, Resa Ramadhani, yang mengaku kesulitan mengikuti ujian secara online.

Sudah sulit berjibaku dengan angka-angka, sinyal kadang suka hilang.

Selain soal Matematika yang buat pusing kepala, Resa juga diburu waktu karena harus berbagi HP dengan temannya.

"Saya pinjam HP punya pak guru, gantian dengan teman lainnya," ucapnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (24/9/2020).

Ia bercerita ada 20 soal matematika yang mesti diselesaikan dengan waktu 45 menit dari total 90 menit waktu yang tersedia.

Sementara waktu 45 menit sisanya digunakan teman di sebelahnya untuk mengerjakan soal yang sama.

Siswa lain kelas IX, Setiyani mengaku sudah dua kali ini mengikuti ujian online.

"Saat ujian kenaikan kelas, beberapa waktu lalu juga online, gampang-gampang susah sih," jelasnya.

Diatas bukit Dekimati, mereka coba pecahkan ilmu pasti.

Karena hanya di bukit itulah mereka dapatkan sinyal.

Begitulah perjuangan anak-anak ditengah pandemi.

Tidak mengeluh dan selalu mencari akal.

Ujian tengah semester di hutan rela mereka lakukan.

Berbagi gawai soal dikerjakan secara bergantian.

Ujian dibagi tiga kelompok di tiga titik, katanya tergantung kedekatan rumah siswa.

Di MTs Pakis sendiri jumlah siswanya ada 20 dengan rincian kelas 7 ada 6 siswa, kelas 8 ada 4 siswa dan kelas 9 ada 10 siswa.

Ujian online ini mau tidak mau harus dilakukan karena pembelajaran tatap muka belum diperbolehkan.

Sinyal hilang menjadi kendala utama.

Untungnya mereka tidak sendiri, ada relawan atau pengasuh yang ikhlas membantu anak-anak Desa Gunung Lurah itu.

Relawan, guru sekaligus pengasuh anak-anak itu Isrodin (40) namanya.

Tidak semua anak-anak Gunung Lurah miliki smartphone.

Kalaupun ada rata-rata adalah milik orangtua mereka.

Jadinya, Hp milik Isrodin dipinjamkan kepada beberapa anak yang tidak memiliki.

Biasanya ujian dimulai pukul 07.30 WIB sampai Dhuhur.

"Sumber sinyal paling kuat disini.

Biasanya kita mencari dulu lokasi yang ada sinyal dan ditemukannya di bukit ini," kata Isrodin.

Ujian lain menghampiri mana kala cuaca tak lagi bersahabat.

Kalau sedikit gerimis, mereka kembangkan payung.

Jika hujan lebat, pilihannya turun bukit dan kembali ke rumah masing-masing.

Inilah wujud mereka menyesuaikan diri dengan aturan baru yang tercipta karena pandemi.

Sayangnya aturan itu sulit bagi mereka yang tinggal jauh dari jangkauan sinyal. (Tribunbanyumas/jti)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved