Inspirasi Hidup dari Peserta JKN-KIS yang Berhasil Melawan Stroke

Jika dinominalkan sudah tak terhitung biaya yang harus dikeluarkan Nenek Heryanti untuk berobat kalau ia tidak memiliki kepesertaan JKN-KIS.

Apalagi selama 15 bulan pengobatan struk ia rutin menjalani terapi dengan intensitas pertemuan 8x per bulan.

Padahal biaya terapi jika menjadi pasien umum sekitar 225 ribu per pertemuan.

Belum lagi dengan biaya perawatan ketika opname. Jika tidak dibantu Program JKN-KIS, Nenek Heryanti tidak tau harus membiayai pengobatannya dari mana.

“Saya senang dan puas sekali dengan adanya program ini. Iuaran yang saya bayarkan tidak sepadan dengan besarnya manfaat yang saya terima. Setiap saya sakit saya mendapat pelayanan yang bagus baik itu dari dokter keluarga hingga pelayaan di Rumah Sakit. Maka dari itu sebisa mungkin saya rutin bayar iuran biar kartu tetap aktif,” tutur Nenek Heryanti.

Nenek Heryanti jg menyampaikan selain ikhtiar berobat yang dijalani agar lekas sembuh juga harus diiringi dengan semangat yang kuat.

Semangat berolahraga, semangat menjalani terapi, serta semangat dalam mengonsumsi obat.

“Sebagai pasien struk awalnya tidak mudah menjalani terapi. Tapi saya tetap berjuang melawan penyakit ini,” imbuhnya.

Berkat kegigihannya kini kondisi Nenek Heryanti telah membaik.

Nenek Heryanti sudah bisa beraktivitas mandiri meski dibantu dengan tongkat.

Dokter juga telah menyatakan ia tidak perlu lagi menjalani terapi dan hanya perlu mengonsumsi obat. Meski demikian Nenek Heryanti tetap semangat melakukan senam sesuai gerakan yang diajarkan ketika terapi setiap hari.

Hal ini ia lakukan demi menjaga kesehatan tubuhnya. (*)