Berita Banjarnegara
Kisah Sugiat Pilih Sedekahkan Hasil Kebunnya ke Panti Asuhan & Pesantren daripada Jual ke Tengkulak
Sugiat, petani asal Desa Penanggungan Kecamatan Wanayasa sedekahkan seluruh wortel hasil kebunnya ke beberapa panti asuhan di Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Sugiat, petani asal Desa Penanggungan Kecamatan Wanayasa sedekahkan seluruh wortel hasil kebunnya ke beberapa panti asuhan di Banjarnegara.
16 ribu bibit kubis yang dia tanam, sudah saatnya dipanen.
Mestinya, saat seperti ini, dengan wajah gembira, ia sibuk menghitung keuntungan usai hasil panen terjual.
• Kota Pekalongan Masuk Zona Merah, Dinkes: Ada Penambahan 17 Kasus Dalam Sehari
• Suasana Riang Tiba-tiba Tegang saat Pak Kades Kejar Penari Jaipong, Warga Histeris
• Status Kota Semarang Bergerak ke Zona Oranye, Dinkes Mulai Sasar Kelompok Rentan untuk Swab Tes
• Update Virus Corona Kota Semarang Senin 28 September 2020, Pedurungan Tertinggi Disusul Ngaliyan
Sayang jauh panggang dari api.
Kubisnya sebanyak itu hanya ditawar Rp 500 ribu oleh tengkulak.
Sungguh tawaran harga itu sangat kejam.
Bagaimana tidak, untuk mengganti ongkos beli bibit saja, uang itu masih kurang.
"Beli bibitnya Rp 600 ribu, saat panen ditawar Rp 500 ribu, ya tidak saya jual,"kata Sugiat yang juga relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Banjarnegara, Senin (28/9)
Belum lagi biaya produksi lain yang jumlahnya cukup besar.
Selain untuk membeli bibit, ia harus keluar modal untuk membeli pupuk hingga ongkos tenaga.
Ini belum termasuk ongkos sewa lahan yang membuat modal membengkak.
Sugiat mengatakan, saat ini harga jual kubis di tingkat petani hanya Rp 800 perkilogram.
Itu pun masih kotor.
Petani masih harus menanggung biaya petik dan angkut sekitar Rp 300 hingga Rp 350 perkilogram.
Alhasil, banyak petani memilih membiarkan tanamannya tua hingga membusuk di lahan karena jika dijual pun tak ada harganya.