Berita Viral
Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesunguhnya di Indonesia, Pernah Bertemu Stalin di Moskow
Mendengar namanya langsung saja pikiran tertuju dengan pemberontakan, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aib
Dua Orang Inilah Petinggi PKI Sesunguhnya di Indonesia, Pernah Bertemu Stalin di Moskow
TRIBUNJATENG.COM - Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) siapapun orang Indonesia bakal tahu siapa pria ini.
Mendengar namanya langsung saja pikiran tertuju dengan pemberontakan, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aib.
Kematian Aidit pun sekarang masih menjadi kontroversi dan dimana jenazahnya pun tidak diketahui.
Asal muasal adanya PKI di Tanah Air berasal dari seorang sosialis asal Belanda, Henk Sneevliet.
Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
• Gantikan Kotak Kosong, Tak Diduga Justru Tukang Sapu Ini Menang Pilkada, Ini Kisah di Baliknya
• Hasil Piala Liga Inggris Mourinho Kalahkan Mantan Klubnya dan Bawa Tottenham Lolos ke Babak 16 Besar
• Suasana Riang Tiba-tiba Tegang saat Pak Kades Kejar Penari Jaipong, Warga Histeris
• BREAKING NEWS. Pegawai Kemkumham Jateng Meninggal di Rumah Dinas, Baru 2 Minggu Tugas di Semarang
Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China tentunya.
Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia (saat itu) menilai ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.
Tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.
Memang sih, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI dan tabu jika ia mengaku tak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.
Namun siapa sangka jika Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.
Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.
25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.
Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.
