Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jepara

Ini Penjelasan BPBD Soal Air Laut di Pantai Benteng Portugis Jepara Surut Mirip Tanda Tsunami

Beredar video air laut di perairan Pantai Benteng Portugis, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah tengah surut.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: galih permadi
ISTIMEWA
Viral video di media sosial air laut di Pantai Benteng Portugis, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA- Beredar video air laut di perairan Pantai Benteng Portugis, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah surut.

Dalam video berdurasi sekitar 15 detik itu, kondisi air laut Pantai Benteng Portugis Jepara surut hingga tampak hamparan pasir berwarna cokelat.

Rekaman video tersebut dibagikan dalam aplikasi TikTok.

Seorang pria perekam video itu menunjukkan kondisi pantai sedang surut pada Senin (28/9/2020) kemarin.

"Wis angel-angel, pol tengah iki. Piye jalan-jalan rene wisata anyar bro. Sedelek engkas tekan Mandalika. Ora suwe," ujarnya.

Ia juga mengatakan seolah-olah Pulau Mandalika bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Sementara itu, pihak BPBD Kabupaten Jepara membenarkan bahwa air laut di sana sempat surut.

“Memang ada, namun tidak sampai ke Pulau Mandalika. Itu tidak benar,” tulis BPBD melalui layanan dalam pesan singkat, Rabu (30/9/2020).

“Terkait potensi bahaya sampai saat ini dari BMKG belum ada rilis, artinya masih aman,” sambungnya.

Tribunjateng.com kini tengah mencari penjelasan dari pihak BMKG terkait fenomena surutnya air laut di sana.

Pihak Danramil, Polsek, Camat dan warga setempat juga diketahui telah melakukan koordinasi.

“Dari keterangan penduduk setempat biasanya jam sembilan malam pasang lagi, dulu juga pernah terjadi seperti itu.

Mudah-mudahan yang terbaik untuk Bumi Pertiwi, amin,” tulis BPBD lagi.

Kajian ITB Tsunami 20 Meter

Ada potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa menurut hasil riset para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pada pekan lalu. 

Riset ini menurut salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan, menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti.

Sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa selama ini tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.

"Pascagempa 2004 di Aceh, beberapa peneliti melakukan pengambilan sampel, atau yang dikenal dengan paleoseismologi, untuk mengetahui sejarah gempa besar di masa lalu di kawasan tersebut," ungkap Endra kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gempa besar yang di Aceh pada tahun 2004 lalu, pernah terjadi 600 tahun yang lalu.

Sedangkan di Jawa, dokumentasi tentang sejarah gempa besar tidak terdokumentasi dan tidak diketahui.

Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.

Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.

"Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi," ungkap Endra.

Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa.

Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.

"Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa," ungkap Endra.

Berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi ini, menyatakan ternyata wilayah Jawa bagian selatan ada potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.

Potensi tsunami 20 meter di Jawa bagian barat

Lebih lanjut Endra mengatakan kalau seandainya wilayah-wilayah tersebut terjadi gempa dalam waktu bersamaan, maka worst case menunjukkan akan adanya potensi gempa hingga M 9,1.

"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullah (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.

Potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi DIY.

"Namun, perlu diingat gelombang tsunami yang akan terjadi, tergantung pada topografi dari tempat yang bersangkutan," jelas Endra.

Riset ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengurangi potensi bencana atau upaya mitigasi yang dapat dipersiapkan.

Sebab, Endra menegaskan bahwa dalam studi ini tidak bicara tentang prediksi kapan gempa besar itu akan terjadi.

Endra menegaskan sains atau peneliti manapun hingga saat ini tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi waktu terjadinya gempa bumi tersebut.

Perlu diketahui bahwa jalur gempa atau sumber gempa dapat diketahui dari sejarah kegempaan.

Seperti diketahui ada beberapa daerah yang berpotensi gempa dari barat Aceh, Nias, Bengkulu, Mentawai dan jalur itu, kata Endra, menerus ke selatan Jawa.

"Itu adalah jalur yang memang berpotensi terjadi gempa bumi, tetapi kita harus pahami bahwa di sepanjang jalur tersebut kita tidak tahu kapan akan terjadi gempa," ungkap Endra.

Berdasarkan data gempa bumi yang terekam dari BMKG, dikolaborasikan dengan data analisis GPS dan simulasi tsunami dalam studi Prof. Ir. Sri Widyantoro, serta data pendukung lainnya, riset ini menghasilkan laut selatan Jawa memiliki potensi tsunami dan gempa besar. (*)

(tribunjateng/rez)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved