Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kesehatan

Hati-hati, Kebiasaan Begadang Bisa Pengaruhi Kesehatan Organ Dalam

Akibaat begadang, keesokan harinya, rasa kantuk mendera. Akhirnya, keseharian pun tidak berjalan optimal lantaran lemas akibat kurang tidu

Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG
Dokter Kesehatan Jiwa RS Hermina Banyumanik, dr Hesti Anggriani, SpKj, MM 

BANYAK orang mesti pernah merasakan kurang tidur. Tidur hanya beberapa jam, bahkan tidak tidur karena harus begadang mengerjakan tugas, pekerjaan kantor, maupun alasan lainnya. Keesokan harinya, rasa kantuk mendera sepanjang hari. Akhirnya, keseharian pun tidak berjalan optimal lantaran lemas akibat kurang tidur.

Aktivitas begadang ini telah menjadi kebiasaan sebagian orang. Salah satunya dirasakan oleh pria bernama Hermas Purwadi ini. Hermas ini kerap kali begadang karena tuntutan pekerjaan. Biasanya, Hermas begadang sebanyak tiga kali tiap minggunya.

Kegiatan begadang Hermas ialah melakukan piket ronda malam di komplek perumahannya. Hermas ambil tugas itu sebagai kerja sampingan. Ia biasa melakukan jaga malam mulai pukul 22.00 WIB hingga 03.00 WIB dini hari. Jaga malam itu dilakukannya tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu.

"Kalau begadang, ngerokok jadi ikut lumayan lebih sering. Mungkin bisa habis dua bungkus rokok per harinya kalau saat begadang. Tapi, untungnya rokok buat begadang biasanya diberi kawan. Cuman, yang enggak enaknya itu ya nyamuk dan hembusan angin malam saat begadang," kata bapak dua anak ini.

Hermas bilang kegiatan begadangnya ini baru dilakukan sekira setahun terakhir ini. Ia mengaku, aktivitas begadangnya memang cukup menghambat pekerjaannya di siang hari. Tiap malam begadang, keesokannya Hermas suka merasa mudah mengantuk. Akhirnya, ia sering mencuri-curi kesempatan untuk tidur sebentar.

Jadi kebiasaan
Tapi anehnya, rasa kantuknya itu hanya terasa saat pagi harinya saja. Masuk ke siang hari, laki-laki berusia 50 tahun ini kembali seperti biasa. Seringkali selepas pulang kerja, ia memilih tidak tidur, meski ada waktu untuk itu. Namun, ia sadar rutinitasnya itu berdampak buruk bagi kesehatannya.

"Terutama, saya sering sakit masuk angin. Makanya, saya sering banget dikerok. Kemudian, beberapa bulan lalu saya sempat dibawa ke rumah sakit karena sakit di bagian lambung. Kalau ga salah kena asam lambung. Ya saya tahu itu karena kebiasaan saya minum kopi. Saya memang bisa berkali-kali minum kopi dalam sehari," ungkap warga Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal itu.

Sementara, begadang juga sering dilakukan oleh Amrulloh Maulana. Pria berusia 28 tahun ini sering menghabiskan waktu malamnya untuk bermain musik atau membaca. Bahkan, ia kuat begadang sampai pagi harinya.

"Biasanya kalau begadang, baru tidur pukul 05.00 atau 06.00 WIB paginya. Ya paling semalaman baca buku atau menulis sesuatu. Saya kalau mau begadang lihat-lihat dulu aktivitas besoknya. Kalau kerja pagi, ya saya tidak begadang. Kalau kerjanya siang, baru saya pilih begadang," ungkap warga asli Purwodadi, Grobogan yang kini tinggal di Semarang ini.

Amru, panggilannya, sejauh ini belum merasa terganggu pekerjaannya akibat begadang. Sebab, Amru selalu mempertimbangkan aktivitas keesokan harinya sebelum menghabiskan semalam penuh dengan membaca ataupun bermain musik. Ia belum sempat begadang karena tuntutan pekerjaan.

"Saya kerja di pabrik. Kalau pulang kerja, ya sudah ga bakal bawa-bawa kerjaan lagi ke kosan. Makanya, saya ga mau ambil risiko begadang saat pagi harinya kerja. Karena pasti nanti mengganggu aku banget. Aku beberapa kali pernah merasakan demikian saat kuliah dulu karena mengerjakan tugas. Jadinya, lemas, ngantukan, dan kurang fokus gitu. Ga enak lah pokoknya," pungkas Amru.

Sementara itu, dokter Kesehatan Jiwa RS Hermina Banyumanik, dr Hesti Anggriani SpKj MM, mengatakan, begadang itu bisa karena sengaja tidak tidur atau benar-benar tidak bisa tidur alias insomnia. Banyak orang begadang biasanya karena ingin menyelesaikan pekerjaan, tugas, belajar, ataupun melakukan aktivitas yang membuang-buang waktu, seperti menonton, nongkrong, dan sejenisnya.

Hal itu betul-betul berbeda dengan orang yang mengidap insomnia. Orang insomnia tidak bisa tidur karena beberapa hal seperti adanya gangguan jiwa, depresi, dan problem lainnya. Lain cerita jika kita membahas begadang dalam konteks gaya hidup. Sebenarnya, keseringan begadang membawa dampak buruk dalam jangka panjang.

"Kegiatan begadang ini memang tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang. Tiap orang tentu berbeda-beda. Misalkan ada yang kuat begadang, ada juga yang tidak. Memang tidak akan muncul masalah apa-apa untuk saat ini. Namun kita ga bakal tahu efek kedepannya setelah 20 atau 30 tahun ke depan," kata dokter dokter Kesehatan Jiwa RS Hermina Banyumanik, dr Hesti Anggriani SpKj MM.

Kebiasaan ini tentu bisa merusak organ tubuh dalam. Sebab, malam hari itu adalah waktu yang tepat untuk semua organ tubuh harus beristirahat. Tidur malam dan siang itu kualitasnya beda. Tentu lebih bagus tidur di malam hari. Meskipun melek semalaman, lalu waktu tidurnya diganti siang hari, kualitas tidurnya tetap beda. Dan itu tetap mengganggu organ dalam, terutama jantung, liver, atau hati.Maka dari itu, orang sering sakit jantung, kuning, dan liver biasanya disebabkan karena sering begadang. Apalagi jika ditambah dengan kebiasaan meminum alkohol. Tentu kian memicu kerusakan pada liver. Ini semua dampak jangka panjangnya.

"Sedangkan untuk jangka pendek sendiri, kebiasaan begadang dapat mengganggu suasana hati. Sebab, jika orang sudah capai, mengantuk, dan lelah biasanya jadi rentan terbawa emosi, marah, tersinggung. Dampak jangka pendek ini lebih berpengaruh ke psikologisnya," papar dokter Hesti.

Dalam hal ini, lanjut dia, idealnya waktu tidur manusia normal pada umumnya dibagi dua. Ada long sleeper dan short sleeper. Untuk long sleeper sendiri itu tidur antara 7 sampai 8 jam tiap harinya. Sedangkan short sleeper adalah tidur dalam durasi 3 sampai 4 jam per harinya.

Negara-negara maju kebutuhan tidurnya tidak banyak. Biasanya mereka menerapkan short sleeper. Sementara, di Indonesia kebanyakan masih menerapkan waktu tidur antara 7-8 jam per harinya. Kadang, kita merasa kurang tidur jika tidak sampai 7-8 jam. Padahal, 3-4 jam tidur sudah dikategorikan normal.

Artinya, jika kita hitung sehari tidur 7 jam. Lalu, umur kita sudah 60 tahun. Maka, kita bakal mengetahui bahwa 20 tahun di antaranya, waktu kita terpakai hanya untuk tidur. Oleh karena itu, negara-negara maju normalnya menghabiskan waktu tidur hanya 3-4 jam saja per harinya. Meski demikian, tidur dengan short sleeper ini bisa merangsang juga stress dan memicu aksi bunuh diri.

Sesekali, sebenarnya begadang tidak apa-apa. Itu hal normal karena banyak di antara kita harus begadang, seiring tuntutan pekerjaan dan sejenisnya. Namun jika seseorang benar-benar belum sempat tidur selama 24 jam, maka untuk memulihkan kondisi fisiknya seperti semula adalah dengan cara tidur atau istirahat selama dua hari berturut-turut. Sebab, beristirahat hanya satu hari saja belum bisa mengembalikan kondisi fit seperti semula. Begitu hitung-hitungannya. (akhtur gumilang)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved