Berita Regional
Ini Penjelasan BMKG dan LAPAN RI Soal Heboh Fenomena Lintang Kemukus, Mitos Pagebluk Akan Hilang?
Fenomena bintang jatuh atau meteor jatuh, yang oleh masyarakat Jawa disebut lintang kemukus, terlihat di langit Tuban, Sabtu (10/10/2020), malam.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, membantah adanya Lintang Kemukus atau komet di Tuban.
"Tidak ada lintang kemukus yang terlihat terang saat ini," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (11/10/2020).
"Kalau ada, itu terlihat secara global di banyak tempat," lanjut Thomas.
Ia menambahkan, benda langit dalam foto yang beredar tersebut juga bukan sebuah meteor besar.
"Gambar-gambar yang beredar juga bukan meteor besar atau fireball," jelas dia.
"Itu tampaknya bukan fenomena astronomis. Saya tidak tahu objek itu," ungkapnya.
Thomas menegaskan, beredarnya foto benda langit di media sosial itu bukan sebuah komet.
Dirinya juga tak bisa mengatakan itu sebagai pertanda atas kondisi tertentu.
"Yang jelas itu bukan komet. Saya tidak tahu hal yang sesungguhnya, itu bukan fenomena astronomis," terangnya.
Pengertian Lintang Kemukus
Dikutip dari Kompas.com, komet atau bintang berekor atau lintang kemukus adalah benda langit yang berupa kumpulan debu dan kerikil bercampur es membentuk gumpalan berpori mirip batu apung berkerapatan rendah.
Seringkali kerapatannya lebih kecil dari air, sehingga secara teknis bisa mengapung di lautan asal diletakkan dengan hati–hati.
Komet Atlas menghabiskan sebagian besar waktunya di tepian tata surya, sehingga suhu dingin membuatnya strukturnya tetap kaku.
Namun jika ia beringsut mendekati Matahari, panas menyebabkan komponen esnya mulai menyublim terutama yang berada di kerak dan subkeraknya.
Sublimasi membentuk cebakan–cebakan gas yang umumnya mengandung uap air, karbonmonoksida dan sianogen dengan tekanan terus meningkat.