Berita Purbalingga
Strategi Pelaku UMKM Purbalingga Bertahan di Tengah Pandemi, Diversifikasi Produk hingga Reseller
Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Purbalingga terbukti mampu bertahan di tengah masa sulit pandemi Covid 19.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Purbalingga terbukti mampu bertahan di tengah masa sulit pandemi Covid 19.
UMKM bukannya tidak terimbas pandemi Covid 19 yang telah memukul perekonomian dunia. Tetapi para pelaku usaha mikro telah terlatih untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Dengan kata lain, dalam diri mereka telah tertanam karakter positif yang umum dimiliki wirausaha. Di antaranya ulet dan pantang menyerah. Jiwa enterpreneurship ini lah yang membuat para pelaku usaha mikro mampu keluar dari ujian berat pandemi.
Kabid UMKM Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto mengatakan, seperti halnya sektor lain, para pelaku usaha di Purbalingga pun ikut terimbas pandemi Covid 19. Tetapi sejauh mana dampak Covid 19 itu, sangat tergantung dari jenis usahanya.
"Ada yang omsetnya turun, ada yang stabil, tapi ada yang meningkat,"katanya, (14/10)
Menariknya, saat banyak usaha yang terpuruk, ada bidang usaha tertentu yang justru mengalami kenaikan omset di masa pandemi. Adi mencontohkan, industri sapu glagah yangjustru semakin gemilang. Permintaan sapu glagah Purbalingga melonjak di tengah maaa sulit pandemi.
Bidang usaha lain yang relatif stabil hingga meningkat permintaannya adalah bisnis kuliner atau jajanan tradisional, serta konveksi. Meskipun, ada pula pelaku bisnis kuliner atau konveksi yang menurun omsetnya.
Adapun usaha yang terpukul atau menurun omsetnya adalah industri knalpot, stik es krim, hingga batik dan kerajinan hiasan.
"Kalau dirata-rata, yang stabil itu kuliner, jajanan tradisional. Kalau untuk cafe atau restoran turun,"katanya
Meski sebagian pelaku usaha terpuruk hingga aset mereka tergerus, ia meyakinkan usaha mereka tak sampai gulung tikar. Ini lantaran pelaku usaha mikro memiliki pertahanan hidup (survival) yang cukup bisa diandalkan. Saat usaha pokok terpuruk, mereka dengan cepat bisa beradaptasi dengan situasi pandemi.
Sebagian pelaku usaha mikro berusaha mencari peluang usaha lain yang cocok dikembangkan saat situasi pandemi. Mereka melakulan diversifikasi atau penganekaragaman produk yang lalu dijual di pasaran. Baik produk itu itu karya sendiri atau kulakan dari produsen lain (reseller).
"Misal yang tadinya jualan batik, karena lagi turun, ikut menjualkan produk teman-temannya. Karena mereka sudah biasa jualan,"katanya. (aqy)