Unjuk Rasa Terus Berlanjut, Polisi Thailand Mulai Bertindak Keras
Ribuan pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Minggu (18/10) menggelar aksi anti-pemerintah dengan menduduki Monumen Kemenangan di Bangkok.
TRIBUNJATENG.COM, BANGKOK - Aksi unjuk rasa di Thailand terus berlanjut. Gelombang aksi unjuk rasa di Thailand sudah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, dengan menargetkan runtuhnya monarki yang kuat serta pemerintah.
Ribuan pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Minggu (18/10) menggelar aksi anti-pemerintah dengan menduduki Monumen Kemenangan di Bangkok. Kemarin merupakan hari keempat berturut-turut mereka melanjutkan aksi menentang keputusan darurat yang melarang pertemuan.
Pada Sabtu (17/10) lalu, polisi Thailand menutup 77 stasiun kereta di Bangkok, ketika para pengunjuk rasa anti pemerintah berkumpul di beberapa lokasi sekitar Ibu Kota Thailand. Kerumunan itu diketahui menentang keputusan keadaan darurat yang ditetapkan Perdana Menteri Prayut Chan-ocha pada Jumat (16/10) lalu.
Deutsche Welle melaporkan, para pengunjuk rasa menggunakan media sosial untuk mengatur pertemuan sebelum polisi sempat memblokir akun mereka. Pihak berwenang mengancam akan melakukan tindakan hukum terhadap akun Twitter dan Facebook yang mengumumkan tentang protes.
Pada Jumat (16/10), polisi sampai melakukan tindakan keras menggunakan meriam air untuk pertama kalinya terhadap pengunjuk rasa. Polisi juga menangkap lebih dari 50 orang, termasuk para pemimpin protes, dalam seminggu terakhir.
"Kami mengutuk kekerasan tindakan apa pun terhadap rakyat," kata Gerakan Rakyat dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters. "Kami akan terus melakukan protes pada 17 Oktober," katanya.
Juru bicara Pemerintah Thailan, Anucha Burapachaisri mengatakan kepada Reuters, “Tidak ada menang atau kalah bagi pihak manapun. Itu semua merusak negara. Pemerintah ingin meminta pengunjuk rasa untuk tidak berkumpul dan tetap damai."
Pada Kamis (15/10), puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Bangkok, meskipun ada keputusan pemerintah yang melarang demonstrasi. Sehari sebelumnya, pengunjuk rasa mencemooh dan menunjukkan hormat 3 jari khas mereka ketika iring-iringan mobil yang membawa ratu melalui Bangkok.
Keputusan darurat pelarangan demonstrasi itu sekarang telah diperpanjang menjadi satu bulan, kata laporan media lokal.
Protes itu dipicu awal tahun ini setelah partai politik oposisi yang populer diperintahkan bubar. Gerakan tersebut telah menjadi tantangan terbesar selama bertahun-tahun sejak berdirinya Thailand. (Kompas.com/Kontan.co.id/Tribunnews)