Berita Regional
14 Wanita Terapis Mengakui Layani Pelanggan Plus-plus Buat Tambahan Hidupi Anak
Lagi, griya spa dan pijat di Tangerang Selatan (Tangsel) kepergok membandel buka operasi saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Lagi, griya spa dan pijat di Tangerang Selatan (Tangsel) kepergok membandel buka operasi saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Terakhir adalah gerai spa dan pijat Eiffel di bilangan Bintaro, Pondok Aren.
Aparat Satpol PP Tangsel mendapatinya beroperasi saat siang hari.
Pada Jumat (23/10/2020), puluhan pasukan Gagak Hitam dari Satpol PP Tangerang Selatan, menggerebek gerai spa dan pijat Eiffel berdasarkan laporan dari masyarakat.
Meski terlihat terkunci, lengkap dengan gembok besar menggantung, ternyata terdapat intrik di baliknya.
Bagi pelanggan tetap, sudah mengerti bahwa mereka boleh tetap datang.
Pegawai khusus akan membukakan pintu tersebut dan akan kembali menguncinya setelah sang pelanggan setia masuk.
"Berdasarkan laporan itu, kita melakukan lidik sebentar sekitar satu jam, tim monitoring berhenti sebentar, nah pada saat kami melihat ada pelanggan, mereka baru dibukakan oleh pegawai tempat tersebut, setelah dibuka, dia masuk, pintunya digembok lagi dari luar, jadi memang dari luar tidak terlihat buka," papar Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Tangsel, Muksin Alfachry, Minggu (25/10/2020).
Kamuflase pun terungkap, aparat langsung mengepung dan merangsek masuk ke dalam gerai spa dan pijat Eiffel.
Di balik kamar-kamar yang berjejer pun didapati belasan pria hidung belang dalam kondisi telanjang menikmati pijatan para terapis wanita.
"Ketika kami masuk ke dalam Eiffel, di Bintaro, Ruko Emerald, kami dapati di dalam, aktivitas pijat, ada 16 wanita, 15 terapis dan satu kasir."
"Dan juga kami dapati 15 laki-laki, di antaranya tiga office boy dan satu orang manajer, dan sisanya pelanggan terapis," paparnya.
Karena melanggar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih diterapkan di Tangsel, 15 wanita dan 15 pria itupun diamankan.
"Kami temukan beberapa sedang pijat dan tidak berbusana sehingga mereka baik laki-laki maupun terapisnya kita amankan kita bawa ke Satpol PP," ujarnya.
Muksin, sebagai pimpinan operasi pun memeriksa ke-30 orang yang diamankan, termasuk para terapis.
Kepada petugas, para terapis mengaku baru bekerja selama dua minggu belakangan.
Di tengah pandemi Covid-19, wanita yang rata-rata janda dan sudah memiliki anak itu rela melayani pria hidung belang tanpa protokol kesehatan.
Muksin mengatakan, selain memijat, para terapis juga diharuskan melayani oral seks pelanggannya.
"Pengakuannya sih dua minggu. Iya terapisnya baru dua minggu. Bukanya dari siang. Dari jam 10-an. Dia layanannya hand job dan blow job," jelasnya.
Risiko terpapar Covid-19 siap diterima para terapis, demi satu alasan untuk menghidupi anak dan ibunya.
Dalam kondisi tanpa suami, para terapis harus menjadi tulang punggung keluarga.
Mayoritas mereka datang dari Subang, Jawa Barat.
Namun ada juga yang jauh-jauh berasal dari Lampung.
"Alasannya satu sih bro, anaknya butuh makan katanya. Rata-rata berkeluarga mereka. Ditinggalin lakinya, rata-rata janda. Sudah gitu kan ibunya butuh makan juga," ujarnya.
Setelah diperiksa dan dibina di kantor Satpol PP Tangsel, para terapis dipukangkan ke kampung halamannya.
"Pulang ke Subang, pulang ke Lampung, pulang ke Indramayu. Itu manajernya yang bertanggung jawab," ujarnya.
Sedangkan, Eiffel langsung disegel dan segera diajukan pencabutan izin, serta dikenakan denda sesuai Peraturan Wali Kota Tangsel tentang PSBB.
"Penanggung jawab Eiffel didenda Rp 1 juta sesuai peraturan PSBB. Pencabutan izin akan kita layangkan besok ke PTSP, Senin," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Di Balik Penggerebekan Spa plus-plus di Bintaro, 14 Terapis Layani Pelanggan Demi Hidupi Anak