Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Gampar Ingatkan Kampus Waspada Gerakan Radikalisme di Tengah Pandemi

Gerakan Masyarakat Peduli Amanat (Gampar) mengingatkan pada perguruan tinggi untuk membersihkan orang-orang terindikasi faham radikal dan kelompok int

Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
google
Ilustrasi tolak paham radikalisme 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Gerakan Masyarakat Peduli Amanat (Gampar) mengingatkan pada perguruan tinggi untuk membersihkan orang-orang terindikasi faham radikal dan kelompok intoleran dari struktur jabatan strategis di perguruan tinggi.

Ketua Gampar, Yohannes Sugiwiarno menyampaikan kelompok faham radikal tersebut akan memperbesar jaringan kelompok. Dia menegaskan golongan radikal jangan diberi ruang sedikitpun terlebih di lingkungan kampus.

"Jangan sampai kelompok ini memperbesar jaringannya, jangan beri peluang sekecil apapun pada kelompok intoleran di kampus," kata Yohannes, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: Kecelakaan Truk di Jalan Tol Semarang Disebabkan Ban Pecah, Sopir Asal Surabaya Terluka

Baca juga: Sekarang Instagram Bisa Kirim DM ke Semua Pengguna Messenger Facebook, Ini Caranya

Baca juga: KKN UIN Walisongo Bantu Pemerintah Kelurahan Gondoriyo Semarang Salurkan BST

Baca juga: Sambut Hari Dharma Karyadhika Tahun 2020, Lapas Semarang Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan

Ia juga mengingatkan kembali pada perguruan tinggi untuk mempersempit ruang gerak kelompok radikal meracuni mahasiswa di tengah situasi pandemi.

Menurutnya di tengah situasi pandemi seperti ini, seluruh lembaga pendidikan masih menggelar pembelajaran sistem daring. Pada situasi ini, akan sulit memantau perkembangan masing-masing mahasiswa.

"Kami mengingatkan pihak perguruan tinggi untuk tidak lengah di tengah situasi pandemi ini. Peluang penyebaran radikalisme lewat media sosial begitu massif. Anak muda terutama mahasiswa sangat rawan tersusupi secara tak sadar," katanya.

Guna menangkal paham radikalisme pada generasi muda melalui internet, dikatakanya diperlukan kepedulian secara serius dari pemerintah melalui lintas sektoral.

Yohannes memberi contoh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BNPT, Kemenkominfo, dan kementerian terkait sebagai badan lintas sektoral di pemerintah. Hal ini dirasanya penting guna mencegah meresapnya paham radikal itu masuk ke kamar-kamar tiap individu anak muda.

Ia juga mengingatkan kasus seorang alumni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang berinisial TR yang ditangkap Densus 88 terkait dugaan terlibat kelompok teroris seusai lulus 2019 lalu.

"Latar belakang pendidikan yang baik tak menjamin seseorang mampu membendung masuknya paham radikalisme. Terbukti, Undip Semarang yang sebagai perguruan tinggi yang baik tak serta merta terbebas dari paham tersebut," lanjut dia.

Yohannes menyampaikan TR merupakan mahasiswa berprestasi di kampus tersebut. Namun, kelompok radikal tampaknya lebih menyukai anak muda berprestasi yang sedang mencari jati dirinya.

Dilanjutkannya seorang terpelajar, mahasiswa, di lingkungan akademisi tentu harus mampu menghargai perbedaan. Ilmu tinggi dikatakannya tidak ada gunanya apabila akan menimbulkan permusuhan.

"Untuk apa keilmuan tinggi kalau akhlak tidak ada, akan menimbulkan permusuhan. Nggak ada artinya, di satu lingkungan ada intoleransi maka tak ada artinya."

"Diperlukan langkah kongkret para pimpinan kampus untuk membersihkan paham radikalisme di lingkungannya. Mulai dari proses pembelajaran, tenaga pengajarnya, pejabat kampusnya, lingkungan kampus, dan lainnya," tandasnya. (uti)
 

--

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved