Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Karanganyar

Segarnya Air dari Sumur Emas, Tradisi Ngangsu Jadi Potensi Wisata di Desa Dayu Karanganyar

Warga Dusun Grenjeng, Karanganyar mengemas tradisi ngangsu atau mengambil air dari sumbernya menjadi destinasi wisata.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: sujarwo

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Warga Dusun Grenjeng, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar mengemas tradisi ngangsu atau mengambil air dari sumbernya menjadi destinasi wisata baru yang diberi nama Pasar Budaya Ngangsu.

Masyarakat Dusun Grenjeng Desa Dayu akrab dengan tradisi ngangsu. Pasalnya, di wilayah tersebut terdapat sumber mata air yang diberi nama Sumur Emas. Dari sumber mata air yang ada sejak zaman dulu itulah warga sekitar mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari.

Pengunjung saat mencari ikan di aliran sungai yang berada di Pasar Budaya Ngangsu Dusun Grenjeng Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, Sabtu (14/11/2020).
Pengunjung saat mencari ikan di aliran sungai yang berada di Pasar Budaya Ngangsu Dusun Grenjeng Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, Sabtu (14/11/2020). (Tribun Jateng/Agus Iswadi)

Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), warga sekitar membuat kawasan yang ada di sekitar Sumur Emas itu menjadi pasar budaya yang dilengkapi dengan gubuk yang menyediakan jajanan serta dolanan atau mainan anak kecil zaman dulu. 

"Acara ini pasar budaya, pasar yang dikemas secara tradisional, mengangkat kegaitan zaman dulu. Dengan konsep ngangsu atau mengambil air dengan gerabah. Kami mengajak masyrakat dan anak muda untuk mengenal kembali kehidupan zaman dulu mengambil air dari sumbernya. Di sini kan identik dengan orang mengambil air dari mata air (Sumur Emas) itu sangat bagus sekali untuk edukasi. Kita kenalkan, supaya masyarakat tahu. Desa itu tidak jelek, desa itu punya potensi,"  kata Ketua Pengelola Sumur Emas dan Ketua Pasar Budaya, Haryadi (46) kepada Tribunjateng.com, Sabtu (14/11/2020). 

Pasar budaya itu digelar selama tiga hari terhitung sejak Jumat (13/11/2020) hingga Minggu (15/11/2020) dan dibuka mulai pukul 09.00 sampai 16.00. Ada beberapa kesenian yang ditampilkan dalam acara tersebut seperti kirab budaya, tari dan lain-lain.

Sesuai anjuran pemerintah, pengunjung pasar wajib menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mengenakan masker dan cuci tangan. Panitia telah menyediakan fasilitas cuci tangan di beberapa titik. Panitia juga akan menyemprotan carian hand sanitizer serta mengecek suhu tubuh para pengunjung sebelum memasuki kawasan pasar.

Di pasar budaya ini pengunjung dapat merasakan segarnya air dari Sumur Emas dan disuguhkan suasanan dan kesejukan udara di pedesaan. 

Haryadi menyampaikan, selain mengenalkan kepada masyarakat tentang tradisi ngangsu. Di pasar budaya ini, juga tersedia zona dolanan atau permainan tradisional. Anak-anak dapat bermain lompat tali, egrang, dakon, gobak sodor, mencari ikan di sungai dan lainnya. 

Puas bermain dan jalan-jalan di pasar budaya, pengunjung dapat istirahat sembari mencicipi makanan tradisional seperti tiwul, gendar pecel, apem, sawut dan minuman dawet, degan serta jamu. Pengunjung dapat menukarkan uang rupiah dengan koin khusus untuk dapat melakukan transaksi jual beli. Pengelola menyediakan koin dengan nominal dari Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000 dan Rp 10 ribu.

Laki-laki 46  tahun itu mengungkapkan, pasar budaya ini baru pertama kali di selenggarakan di Desa Dayu. Kedepan, rencananya acara ini akan digelar setiap satu bulan sekali. Selain mengangkat potensi yang ada di sini, lanjutnya, dengan adanya pasar budaya ini juga dapat menggerakan sektor ekonomi dari warga sekitar. 

Pengunjung asal Nogosari Boyolali, Agus Mulyadi (41) mengatakan, mengetahui adanya pasar budaya ini dari rekannya. Sehingga tertarik mengunjungi bersama rombongan keluarga. Menurutnya lokasinya yang berada di pedesaan menjadikan tempat ini nyaman untuk bersantai bersama keluarga karena udaranya yang sejuk. Dia juga sempat mencicipi kuliner seperti pecel, plencing dan jamu.

"Adanya pasar budaya ini baik. Wisata untuk orang daerah itu ada, kalau seperti Jogja kan jauh. Di sini ada kompilt, wisata dan jajanan komplit. Enak dan murah," ucapnya. 

Dia berharap, acara seperti ini dapat digelar baik itu satu bulan sekali atau satu tahun sekali. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved