Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Tim Dosen Unnes Terapkan Penggunaan Karbon Aktif untuk Jernihkan Minyak Bekas Penjual Gorengan

Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap makanan gorengan telah mendorong banyak pelaku usaha di bidang kuliner untuk membuka usaha gorengan.

Penulis: m zaenal arifin | Editor: muh radlis
IST
Tim pengabdian Unnes menyerahkan alat penjernih minyak bekas kepada masyarakat di Kelurahan Pakintelan, Gunungpati, Kota Semarang, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap makanan gorengan telah mendorong banyak pelaku usaha di bidang kuliner untuk membuka usaha gorengan.

Padahal, kebiasaan para pedagang gorengan tidak mengganti minyak yang telah dipakai berulang kali meninggalkan isu tentang kesehatan dan lingkungan.

Pemakaian minyak dengan pemanasan kontinyu dan berkali kali dapat menurunkan mutu minyak akibat terjadinya reaksi degradasi pada minyak goreng yang berpengaruh negatif bagi kesehatan di antaranya diare, sakit tenggorokan, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, jantung koroner dan kanker.

Baca juga: Kata Ganjar Soal Ancaman Mendagri Kepala Daerah Bisa Dicopot Jika Abai Protokol Kesehatan

Baca juga: Saya Kritik Kegiatan Petamburan Dianggap Cebong, Kritik Pak Ganjar Dianggap Kadrun, Kata dr Tirta

Baca juga: Rans Entertainment Akan Dibeli Eko Patrio, Raffi Ahmad: Dia Bawa Rp 300 Miliar Cash

Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Dokter di Klaten Meninggal Karena Corona, Jenguk Teman di Jakarta

Untuk itu, tim dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) melakukan penelitian dan menawarkan solusi memurnikan minyak bekas dari lemak bebas setelah digunakan beberapa kali yaitu dengan karbon aktif.

"Penggunaan karbon aktif memang bukan hal baru, namun hal ini memungkinkan untuk dilakukan oleh para pedagang gorengan," kata ketua tim, Prof. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, Kamis (19/11/2020).

Tim pengabdian pemberdayaan masyarakat meliputi Radenrara Dewi Artanti Putri dan Fulia Aji Gustaman. Serta melibatkan sejumlah mahasiswa dari Jurusan Teknik Kimia Unnes yaitu Haris Damarjati, Irawan Sukma, Nunes Andayani, dan Agnes Anggit ardiani.

Dikatakannya, penggunaan karbon aktif untuk mengurangi kadar lemak bebas, didahului penelitian terlebih dahulu. Tim penelitian dari mahasiswa Teknik Kimia telah mengambil sampel yang ada di lapangan, kemudian diuji di laboratorium dengan metode uji kadar asam lemak.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sampel ke-1 adalah 1,28% dan sampel ke-2 adalah 2,31% setelah pemakaian 8 kali dengan warna minyak coklat tua.

"Minyak tersebut sudah tidak aman bagi kesehatan, karena telah melebihi ambang batas persentase asam lemak bebas yang ditetapkan oleh SNI 3741-2013 yang berisi syarat maksimal adalah 0,60%," jelasnya.

Dikatakannya, proses pemanasan minyak dapat menyebabkan terbentuknya asam lemak trans terlebih jika proses tersebut dilakukan secara berulang. Jika suhu menggoreng pada suhu 270oC semakin lama maka jumlah asam lemak trans meningkat.

Asam lemak trans ini dapat meningkatkan LDL (kolestrol jahat) dan menurunkan HDL (kolestrol baik). Proses ini akan mengakibatkan terjadinya timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah.

"Cara menghindari penurunan mutu minyak goreng akibat proses oksidasi dapat digunakan penambahan antioksidan. Kerusakan minyak juga diatasi dengan mengadsorpsi senyawa asam lemak yang rusak itu dengan karbon aktif," paparnya.

Ia mengungkapkan, karbon aktif dapat dibuat dari berbagai bahan yang mempunyai kandungan karbon tinggi seperti batubara (coal), tempurung kelapa, bambu.

Sebuah potensi penggunaan limbah yang dihasilkan oleh penjual gorengan adalah penggunaan kulit pisang sebagai bahan baku karbon aktif, kemudian karbon aktif tersebut digunakan untuk memurnikan minyak bekas penggorengan sehingga dapat dipakai kembali.

Masih kata Prof. Wara, prosedur pembuatan karbon aktif dari kulit pisang dimulai dari memotong kulit pisang menjadi ukuran kecil kemudian dipanaskan hingga suhu 400 derajat selama 2 jam.

Kulit pisang yang telah menjadi karbon tersebut diaktivasi menggunakan basa KOH dan dipanaskan kembali di suhu 200 derajat selama 5 jam hingga menjadi pasta, kemudian pasta yang terbentuk dipanaskan kembali di suhu 800 derajat selama 1 jam dengan dialiri gas nitrogen.

"Karbon yang telah diaktivasi tersebut kemudian dicuci dengan asam HCl dan air berturut-turut hingga pH-nya turun menjadi 6-8," terangnya.

Selanjutnya, karbon diayak dan dikeringkan dalam oven di suhu 105 derajat hingga kering. Penggunaan karbon aktif tersebut cukup mudah, hanya memerlukan instalasi sederhana yaitu pompa, pipa dan kolom kaca atau akrilik.

Kemudian, minyak goreng bekas diumpankan dengan pompa yang menuju kolom yang berisikan karbon aktif dan filter. Pada kolom akan terjadi proses penyerapan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak bekas.

"Minyak yang keluar kolom tersebut adalah minyak bersih yang sudah dihilangkan kandungan asam lemak bebasnya dan bisa digunakan lagi," ujarnya.

Berangkat dari hasil penelitian tersebut, selanjutnya sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, tim pengabdian dari Unnes melakukan kegiatan pengabdian pemberdayaan masyarakat.

Anggota tim pengabdian Unnes, Fulia Aji Gustaman menambahkan, kegiatan pengabdian pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di Kelurahan Pakintelan, Gunungpati, Semarang pada September 2020 lalu. Sasaran kegiatan adalah masyarakat yang berprofesi sebagai penjual gorengan dan ibu rumah tangga.

"Pada waktu kegiatan pelatihan, metode yang digunakan adalah Metode Training of Trainner (TOT) dengan cara pemberian materi melalui ceramah, kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung oleh masing-masing peserta," katanya.

Cara itu dianggap efektif karena transfer pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dapat tersampaikan dengan baik jika peserta dilibatkan dalam praktik dan simulasi sehingga masyarakat bisa merasakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bermanfaat bagi dirinya.

"Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak," tandasnya.

Ditambah lagi, kerja sama yang kompak antar tim pelaksana dan respon positif yang diberikan masyarakat sasaran juga menjadi penentu dalam keberhasilan program.

"Secara umum program pengabdian yang telah dilaksanakan berjalan sesuai rencana, khususnya dari aspek subtansi," ujarnya.

Antusiasme peserta pengabdian juga terlihat dari partisipasi aktif yang ditunjukan dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada tim fasilitator.

"Dengan adanya aksi pemberdayaan masyarakat tersebut maka tidak mustahil untuk menerapkan konsep sehat dan tanpa limbah pada usaha gorengan," pungkasnya. (Nal)

Baca juga: Nikita Mirzani Tegas Tanggapi Pengakuan 2 Pelaku Pemukulan Isa Zega Disuruh Dirinya

Baca juga: Bupati Sebut Covid-19 di Banyumas Sudah Tak Terkendali

Baca juga: Devano Danendra Minta Iis Dahlia Tak Lagi Tampil di Acara TV Penuh Gimmick

Baca juga: Ganjar: Ibarat Perang, Muhammadiyah Tak Khawatir Strategi dan Senjata Musuh

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved