Berita Tegal
Wabup Tegal Ardie Tegaskan Butuh Shelter Khusus untuk Tampung Para Korban Kekerasan dan Pelecehan
Wakil Bupati Tegal, Sabilillah Ardie, menyoroti perkembangan kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Kabupaten Tegal khususnya selama masa pandemi
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Wakil Bupati Tegal, Sabilillah Ardie, menyoroti perkembangan kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Kabupaten Tegal khususnya selama masa pandemi Covid-19.
Sehingga kedepan, pihaknya akan mengusulkan rencana pembuatan Shelter khusus bagi korban kekerasan perempuan dan anak.
Hal tersebut, disampaikan oleh Ardie saat memimpin rapat koordinasi tim pusat pelayanan terpadu korban tindak kekerasan perempuan dan anak Kabupaten Tegal.
Berlokasi di rumah makan New Edna, Dukuh Ringin, Kecamatan Slawi, Kamis (19/11/2020).
Ardie mengungkapkan, setelah dilakukan rakor ada beberapa usulan dan rekomendasi untuk membantu korban kekerasan maupun pelecehan seksual.
Mulai dari meningkatkan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa di Kabupaten Tegal ada tim Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dan yang paling menjadi perhatian, yaitu mengenai rekomendasi untuk membuat sebuah Shelter bagi korban kekerasan.
Mengingat di Kabupaten Tegal sendiri sampai saat ini belum memiliki Shelter khusus yang bisa menampung korban kekerasan perempuan dan anak.
"Kalau dilihat secara laporan data, kasus kekerasan dan pelecehan seksual tahun 2020 di Kabupaten Tegal memang turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Tapi bukan bearti sudah aman atau tidak melakukan upaya apapun.
Bisa saja korban belum melapor karena takut dan bingung tidak tahu harus melapor kemana.
Sehingga adanya Shelter ini sangat dibutuhkan dan bisa membantu pemulihan korban," ungkap Ardie, pada Tribunjateng.com, Kamis (19/11/2020).
Belum lagi, menurut Ardie banyak juga korban yang masih tinggal berdekatan dengan pelaku.
Sehingga untuk membantu pemulihan dan psikologis para korban, maka Ardie berharap rencana penyediaan Shelter khusus bagi korban kekerasan bisa terwujud.
Karena nantinya di dalam Shelter ini, para korban akan didampingi oleh tenaga yang kompeten. Sehingga bisa menenangkan diri.
"Nah ini, karena belum ada Shelter jadi mau tidak mau korban masih tinggal berdekatan dengan pelaku. Padahal kondisi seperti ini bisa menimbulkan masalah baru. Sehingga kami akan mengusahakan mengenai Shelter khusus ini," ujarnya.
Ardie pun berpesan kepada para korban kekerasan di Kabupaten Tegal bahwa mereka tidak sendiri.
Pemerintah hadir siap membantu, tidak perlu malu, dan takut untuk melapor kepada tim PPT.
Karena jika melapor kepada tim PPT, nantinya akan dibantu sampai selesai dan juga didampingi.
Semua yang berkompeten di bidangnya siap membantu, seperti pihak kepolisian, tokoh agama, psikiater, dan lain-lain.
Terpenting pesan Ardie, harus berani melaporkan.
"Tren korban kekerasan di Kabupaten Tegal memang menurun. Tapi kami harap itu memang data representasi dari data yang sesungguhnya di Kabupaten Tegal. Tapi bukan bearti kami berdiam diri, sosialisasi harus tetap berjalan," tegas Ardie.
Sementara itu, Kabid Pemberdayaan Perempuan sekaligus PLT Sekdis DP3AP2KB Kabupaten Tegal, Tien Mei Antiyas menambahkan, total jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak tahun 2020 di Kabupaten Tegal memang menurun.
Hal tersebut, bisa dilihat dari data jumlah korban salah satunya berdasarkan jenis kekerasannya.
Pelecehan seksual pada tahun 2019, laki-laki ada 6 kasus dan perempuan 31 kasus. Sedangkan tahun 2020 laki-laki ada 4 kasus dan perempuan 19 kasus.
Kekerasan fisik, laki-laki tahun 2019 ada 0 kasus dan perempuan ada 8 kasus. Sedangkan di tahun 2020 laki-laki ada 2 kasus, dan perempuan 4 kasus.
Psikis, korban laki-laki tahun 2019 ada 4 orang dan perempuan 1 orang. Sedangkan di tahun 2020 korban laki-laki 0 kasus dan perempuan 4 kasus.
Penelantaran, korban laki-laki pada tahun 2019 ada 3 dan perempuan ada 2 kasus. Sedangkan tahun 2020 baik korban laki-laki atau perempuan ada 0 kasus.
Traficking baik tahun 2019 atau 2020 tidak ditemukan korban.
KDRT, korban laki-laki pada tahun 2019 jumlahnya 0 kasus dan perempuan ada 11 kasus. Sedangkan tahun 2020, sama seperti tahun sebelumnya korban laki-laki 0 kasus dan perempuan ada 3 kasus.
Sehingga jika ditotal keseluruhan, tahun 2019 korban laki-laki ada 19 orang. Dan korban perempuan sebanyak 48 orang.
Sedangkan total keseluruhan korban laki-laki tahun 2020 ada 6 orang, dan perempuan ada 34 orang.
"Sebetulnya jumlah kasus banyak, tapi kebanyakan dari korban ini tidak tahu harus melapor kemana. Sehingga sampai saat ini kami sifatnya memang masih menunggu laporan yang masuk. Semoga rencana penyediaan Shelter khusus bagi korban kekerasan bisa terlaksana," pungkasnya. (dta)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :