Penanganan Corona
Fakta Klaster SMP di Jepara Mencapai Lebih dari 10 Kasus hingga Ganjar Minta Tindakan Tegas: Tutup
Menurut dia, pihaknya akan melakukan dekontaminasi dan melakukan isolasi mandiri hingga 14 hari
Penulis: raka f pujangga | Editor: muslimah
"Jadwalnya mulai tanggal 30 November sampai 11 Desember," kata Kepala Bidang SMP Disdikpora Jepara, Haryanto.
Jika ada pelanggaran protokol kesehatan atau ada situasi yang tidak diinginkan di masing-masing satuan pendidikan, maka tidak boleh lagi ikut simulasi. "Bahkan jika perkembangan Covid-19 pada tingkat kabupaten memburuk, simulasi di seluruh sekolah langsung dihentikan," kata Haryanto.
Kepala Disdikpora Jepara, Agus Tri Harjono, juga terjun langsung ke sejumlah sekolah untuk memastikan tidak ada pelanggaran dalam simulasi yang akhirnya diikuti 73 SMP.
Menurut Haryanto, sejak pagi sekolah peserta simulasi sudah mengirimkan laporan pelaksanaan, hampir seluruhnya disertai foto.
"Berdasarkan laporan tersebut serta hasil pemantauan kami dan Satgas Covid-19 kecamatan yang terjun, sekolah dan peserta didik mematuhi arahan disiplin protokol kesehatan. Mulai dari pemeriksaan suhu badan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengenakan masker, dan jaga jarak," terang Haryanto. (raf)
Ganjar: Sekolah Jadi Klaster Covid-19 Langsung Tutup Saja
GUBERNUR Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta, sekolah yang menjadi klaster Covid-19 saat melakukan simulasi pembelajaran tatap muka, langsung ditutup untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran virus itu.
"Tutup, wis ora usah kesuwen pokoke (tutup, tidak usah lama-lama). Kami kasih kesempatan buka, tapi kalau begitu (jadi klaster), ya tutup lagi," kata Ganjar, dikutip dari keterangannya, Selasa (1/12).
Dengan adanya kasus penyebaran Covid-19 di sekolah tersebut, pihaknya akan melakukan evaluasi.
Jika nanti ditemukan hal serupa, lanjut dia, akan diambil tindakan tegas dengan menutup sekolah agar tidak melakukan pembelajaran tatap muka.
"Kami juga akan mengevaluasi, kalau ada tutup saja. Tidak usah ragu," kata dia.
Ganjar menjelaskan bahwa rencana pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021 tetap menggunakan aturan dan mekanisme untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Januari nanti bukan berarti merdeka, belajarnya masuk bebas-bebas saja, iya tidak. Kita harus selektif," ujarnya. (mam)