Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Penanganan Corona

Fakta Klaster SMP di Jepara Mencapai Lebih dari 10 Kasus hingga Ganjar Minta Tindakan Tegas: Tutup

‎Menurut dia, pihaknya akan melakukan dekontaminasi dan melakukan isolasi mandiri hingga 14 hari

Penulis: raka f pujangga | Editor: muslimah
Tribun Jateng/ Mahfira Putri Maulani
Ujicoba pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SDN 04 Sragen beberapa bulan lalu. 

Fakta Klaster SMP di Jepara Mencapai Lebih dari 10 Kasus

Gubernur Ganjar Minta Tindakan Tegas: Tutup, Ora Sah Kesuwen

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Satgas Penanganan Covid-19 Jepara‎ mencatat sudah ada lebih dari 10 kasus klaster SMP, Selasa (1/12) kemarin.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Jepara, Muh Ali menyampaikan, hasil itu ditemukan setelah melakukan swab kepada 156 orang di lingkungan SMP di Jepara, pada pekan lalu.

"Hasilnya sudah ada lebih dari 10 kasus yang terkonfirmasi positif (Covid-19--Red)," kata Ali.

Menurutnya, jumlah tersebut bukan hanya berasal dari siswa, melainkan juga guru dan pengurus sekolah.

‎Menurut dia, pihaknya akan melakukan dekontaminasi dan melakukan isolasi mandiri hingga 14 hari.

Dia mengimbau warga masyarakat Jepara untuk mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

"Karena saya lihat sekarang banyak yang sudah tidak memakai masker," ujarnya.

Sementara itu, ‎Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara, melakukan pemantauan ketat terhadap 73 SMP negeri dan swasta yang melakukan simulasi pembelajaran tatap muka, mulai Senin (30/11).

Simulasi ini dilaksanakan berbarengan dengan penyelenggaraan penilaian akhir semester (PAS).

Dalam pelaksanaan PAS di dalam kelas, jarak tempat duduk peserta juga diatur renggang.

Hal itu dilakukan agar kegiatan tatap muka terbatas ini sesuai SKB 4 Menteri bertanggal 20 November 2020 dan Perbup Nomor 52 Tahun 2020.

Jadwal PAS juga diatur hingga sebelas hari agar sekolah bisa mengatur penjadwalan PAS dalam dua sif.

Tiap sif satu mata pelajaran dengan waktu 60 menit, dengan jeda antarsif 60 menit agar tidak terjadi pertemuan antara siswa yang masuk pada shif pertama dan sif berikutnya.

"Jadwalnya mulai tanggal 30 November sampai 11 Desember," kata Kepala Bidang SMP Disdikpora Jepara, Haryanto‎.

Jika ada pelanggaran protokol kesehatan atau ada situasi yang tidak diinginkan di masing-masing satuan pendidikan, maka tidak boleh lagi ikut simulasi. "Bahkan jika perkembangan Covid-19 pada tingkat kabupaten memburuk, simulasi di seluruh sekolah langsung dihentikan," kata Haryanto.

Kepala Disdikpora Jepara, Agus Tri Harjono, juga terjun langsung ke sejumlah sekolah untuk memastikan tidak ada pelanggaran dalam simulasi yang akhirnya diikuti 73 SMP.

Menurut Haryanto, sejak pagi sekolah peserta simulasi sudah mengirimkan laporan pelaksanaan, hampir seluruhnya disertai foto.

"Berdasarkan laporan tersebut serta hasil pemantauan kami dan Satgas Covid-19 kecamatan yang terjun, sekolah dan peserta didik mematuhi arahan disiplin protokol kesehatan. Mulai dari pemeriksaan suhu badan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengenakan masker, dan jaga jarak," terang Haryanto. (raf)

Ganjar: Sekolah Jadi Klaster Covid-19 Langsung Tutup Saja

GUBERNUR Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta, sekolah yang menjadi klaster Covid-19 saat melakukan simulasi pembelajaran tatap muka, langsung ditutup untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran virus itu.

"Tutup, wis ora usah kesuwen pokoke (tutup, tidak usah lama-lama). Kami kasih kesempatan buka, tapi kalau begitu (jadi klaster), ya tutup lagi," kata Ganjar, dikutip dari keterangannya, Selasa (1/12).

Dengan adanya kasus penyebaran Covid-19 di sekolah tersebut, pihaknya akan melakukan evaluasi.

Jika nanti ditemukan hal serupa, lanjut dia, akan diambil tindakan tegas dengan menutup sekolah agar tidak melakukan pembelajaran tatap muka.

"Kami juga akan mengevaluasi, kalau ada tutup saja. Tidak usah ragu," kata dia.

Ganjar menjelaskan bahwa rencana pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021 tetap menggunakan aturan dan mekanisme untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

"Januari nanti bukan berarti merdeka, belajarnya masuk bebas-bebas saja, iya tidak. Kita harus selektif," ujarnya. (mam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved