Liputan Khusus
Paijo Minum Obat Kuat Sebelum Bertemu Istri Ternyata Ini Alasannya
Belakangan ini menjamur toko-toko yang menjual obat kuat atau penambah vitalitas pria.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Belakangan ini menjamur toko-toko yang menjual obat kuat atau penambah vitalitas pria.
Toko-toko itu mudah ditemukan di jalur Pantura maupun dalam kota, tak terkecuali di Kota Semarang.
Berdasar penelusuran Tribunjateng.com, ada banyak merk obat kuat berupa kapsul atau pil dalam kemasan, yang dijajakan oleh toko-toko di pinggir jalan raya.
Kebanyakan pembeli adalah pria berusia sekitar 35 tahun hingga 60an tahun.
Di sisi lain, dalam kasus yang berbeda, ada beberapa pria ditemukan meninggal dunia di tempat hiburan atau di kamar penginapan.
Sedangkan di dekatnya ditemukan bungkus obat kuat merk tertentu.
Disinyalir, korban meninggal dunia karena serangan jantung.
Adakah hubungan antara obat kuat dengan penyakit jantung.
Apakah obat kuat atau penambah stamina pria aman dikonsumsi tanpa efek samping?
Dosen Bagian Mikrobiologi FK Undip, Arlita Leniseptaria Antari, S.Si, M.Si, C.EIA mengingatkan agar masyarakat lebih bijak dan pintar dalam memilih obat kuat penambah stamina.
Harus benar-benar sudah teruji kandungan, manfaat, efek positifnya, dampak negatifnya minimal bagi tubuh serta kebersihannya.
"Tergantung individunya. Yang penting bijak dan smart memilih. Setahu saya, untuk bisa mendapatkan perizinan ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilalui," kata Arlita.
Obat yang dikonsumsi baik herbal atau obat kimia harus sesuai dosis.
Ketika tidak sesuai dosis itulah nantinya bisa menimbulkan dampak negatif, langsung maupun tidak langsung saat terakumulasi.
"Itu yang harus dicermati pengguna obat kuat tersebut," imbuhnya.
Menjamurnya toko obat kuat belakangan ini bisa jadi pemicunya adalah banyaknya permintaan.
Masyarakat lebih memilih obat-obatan yang mudah didapat, karena mungkin ada stigma bagus terhadap obat seperti ini dari pengalaman teman atau saudara.
"Ternyata bisa manjur kok daripada harus mahal-mahal ke dokter. Padahal mereka juga kurang paham efek ke depannya nanti," ujar Arlita.
Kepala BPOM Semarang, I Gusti Ayu Adhi Aryapatni menyebut, kebanyakan obat kuat atau obat vitalitas pria yang dijual di toko-toko di wilayah Pantura bukan produk yang disahkan oleh BPOM.
Untuk itu, BPOM akan melakukan penertiban bersama sejumlah Pemda yang ada di wilayah Pantura Jateng.
Dsar hukum untuk penertiban yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2017, tentang pengawasan, pembinaan, obat dan makanan bersama BPOM.
"Memang banyak yang menjual produk seperti itu, dan jika dilihat dari kemasan serta tulisan, obat vitalitas pria tersebut buatan dari luar," kata I Gusti Ayu Adhi saat kunjungi Batang.
Dilanjutkannya, produk tersebut tidak terdaftar di BPOM dan tidak memiliki ijin edar.
"Kalau sudah mendapatkan ijin edar, pastinya tulisan yang ada produk juga memakai bahasa Indonesia," paparnya.
Minum Sebelum Bertemu Istri
Paijo (bukan nama sebenarnya) sudah berusia 37 tahun.
Dia seorang PNS di Jawa Tengah.
Sedangkan istrinya sebut saja Tulip (30) karyawan swasta yang sering tugas luar kota.
Pasangan suami istri ini bertemu hanya di akhir pekan.
Seperti biasa, sebelum bertemu istrinya, Paijo konsumsi obat kuat terlebih dahulu.
Apabila istrinya datang pukul 17.00 WIB, maka pukul 16.30 WIB Paijo sudah menyiapkan satu butir obat kuat untuk dikonsumsi.
"Setiap ketemu istri pasti saya minum itu (obat kuat). Karena efeknya baru terasa setelah 30 menit, maka saya minum 30 menit sebelum ketemu istri," kata Paijo kepada Tribunjateng.com.
Walau sudah menjalani hubungan suami istri cukup lama, namun Paijo dan Tulip masih mesra seperit orang pacaran.
Setiap kali bertemu, Paijo mengajak Tulip makan bersama di restoran atau nonton bioskop.
"Dulu sebelum ada pandemi, kalau enggak nonton bioskop dahulu, ya makan di mana gitu. Bener-bener seperti orang pacaran. Tapi justru itu yang buat kami makin mesra," katanya.
Sudah dua tahun Paijo dan Tulip menjalani hubungan jarak jauh atau LDR.
Paijo mengaku tambah percaya diri jika minum obat kuat.
Dan hubungan suami istri makin harmonis.
"Saya dapat obat kuat itu dari apotek. Belinya tentu berdasarkan resep. Kalau misal tidak ada, kadang saya juga beli di toko obat kuat yang ada di pinggir jalan," kata Paijo yang menyebut selama ini istrinya bahagia.
"Memang saya kadang khawatir kena penyakit efek sampingnya. Tapi saya imbangi dengan makanan bergizi dan olahraga," tutur dia yang mengaku sudah rutin konsumsi obat kuat sejak 3 tahun silam.
Berdasar penelusuran literasi, konsumsi obat kuat dalam jangka panjang bisa berakibat buruk.
Terutama konsumsi obat kuat yang belum disahkan oleh BPOM.
Dampak buruk itu antara lain, gangguan pencernaan, penglihatan, pendengaran dan mulut kering, serta jantung berdebar tak beraturan.
Kontribusi Kecil
PT Phapros Tbk ikut bermain di segmen obat penambah stamina pria dewasa.
Satu-satunya produk unggulan mereka bernama X-Gra. Corporate Communication Phapros, Annisa Dewi Yustita mengungkapkan, produk ini diciptakan sudah cukup lama.
Memiliki kemampuan untuk meningkatkan stamina, kesegaran tubuh dan membantu mengatasi disfungsi ereksi serta ejakulasi dini.
Pertimbangan Phapros menciptakan produk ini karena pihaknya ingin berkontribusi dalam memajukan pasar obat herbal nasional dengan memproduksi suplemen kesehatan pria yang aman dan teruji secara klinis.
"Hal ini dibuktikan dengan status kategori obat fitofarmaka pada X-Gra (tingkatan obat herbal yg paling modern karena sudah diuji secara klinis)." kata Annisa.
Menurutnya, produk X-Gra tidak berkontribusi signifikan bagi perusahaan.
Sebab produk ini bermain di niche market, dengan target pasar yang lebih spesifik dan lingkup konsumen yang lebih kecil.
"Tapi penjualan tetap ada dan paling banyak sekarang lewat e-commerce, baik X-gra maupun supplemen lain," kata Annisa. (tim)