Berita Purbalingga
Protes Jalan Rusak, Warga Kemangkon Purbalingga Kembali Blokir Jalan
Warga Desa Kemangkon Kecamatan Kemangkon, Purbalingga kembali melakukan aksi blokir jalan kabupaten.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Warga Desa Kemangkon Kecamatan Kemangkon, Purbalingga kembali melakukan aksi blokir jalan kabupaten.
Pagi ini, Senin (21/12/2020), jalan kabupaten di Dusun 1 Desa Kemangkon tampak lebih lengang.
Puluhan kendaraan truk dump pengangkut pasir yang biasa lalu lalang tidak terlihat lagi.
Hanya kendaraan kecil, baik sepeda motor atau mobil yang berani melintas.
Sesekali mobil pick up pengangkut pasir juga masih melintasi jalan yang kondisinya memprihatinkan itu.
Beberapa pesan bernada keras tertulis di karung bekas dipasang membentang di sejumlah titik jalan.
Di antaranya berbunyi, Ealah Ramane Ora Ngerti Bae Dalane Bodol, Aset Desa Jangan Jadi Lahanat Bagi Golongan Saja, Usir Begho, Priwe Ramane Dalam Kepenak Digawe Bodol.
Warga juga memasang rambu peringatan di tengah badan jalan berbunyi, Dump Truk Dilarang Masuk.
Separuh badan jalan di titik itu sengaja ditutup bangkai pal listrik dan kayu untuk menghalangi kendaraan besar melintas.
Aksi blokir jalan disertai rambu peringatan itu sepertinya ampuh untuk menghentikan aktivitas penambangan.
"Truk-truk pembawa pasir lewatnya sini (Dusun 1). Soalnya kalau lewat Desa sebelah tidak boleh oleh warga sana, " kata Kuswandi, warga Dusun 1 Desa Kemangkon, Senin (21/12/2020)
Dusun 1 bukanlah daerah dimana aktivitas penambangan berada.
Aktivitas penambangan pasir Sungai Serayu, kata dia, berada di wilayah Dusun 2 dan Dusun 3. Tetapi masalahnya, warga di dusunnya ikut merasakan dampak dari aktivitas itu.
Jalan kabupaten yang menjadi akses utama warga ke luar Desa kondisinya hancur.
Kuswandi mengakui, kondisi jalan sebelum ada aktivitas penambangan sudah sedikit rusak. Terlebih jalan itu juga menjadi akses bagi kendaraan proyek untuk pembangunan bandara Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Tetapi kondisi jalan menjadi kian hancur ketika aktivitas Galian C menggunakan alat berat di Sungai Serayu Desa itu mulai beroperasi, sekitar September 2020.
"Mulai beroperasi Agustus, rusak parah akhir September 2020," katanya
Kuswadi mengatakan, ini adalah aksi pemblokiran kedua oleh warga. November lalu, aksi serupa pernah dilakukan. Jalan ditutup warga untuk truk dump selama 12 hari. Hingga warga dan pengusaha Galian C akhirnya dimediasi oleh aparat Kepolisian dan pemerintah Kecamatan.
Pengusaha meminta jalan kembali dibuka untuk akses truk pengangkut pasir.
Warga bersedia namun dengan syarat.
Truk boleh kembali beroperasi jika jalan sudah diperbaiki dan layak.
Kedua kubu itu pun akhirnya sependapat.
Pengusaha benar-benar memperbaiki jalan yang rusak parah itu dengan melakukan pengerasan menggunakan sirtu.
Jalan akhirnya dibuka menjelang Pilkada 2020 lalu. Kendaraan pengangkut pasir kembali beroperasi.
Tapi belakangan warga masih keberatan. Warga menilai perbaikan masih kurang maksimal. Nyatanya, usai dilewati truk, jalan kembali hancur, meski tak separah sebelumnya.
Alhasil, warga kembali memblokir jalan yang menjadi akses utama truk pasir di Dusun 1 kemarin, Minggu (20/12/2020)
"Layak menurut penambang itu seperti apa. Karena menurut warga jalan itu belum layak, " katanya. (aqy)