Berita Banyumas
Pakar Ilmu Kesehatan Unsoed Sebut Pandemi Covid-19 Munculkan Kecemasan dan Depresi
Perubahan pola kehidupan selama pandemi Covid-19 memicu munculnya kecemasan dan depresi.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Perubahan pola kehidupan selama pandemi Covid-19 memicu munculnya kecemasan dan depresi.
Contohnya mudah jengkel, gelisah karena hilangnya pekerjaan sebagai sumber pendapatan yang berdampak bagi kehidupan mereka.
Meningkatnya depresi di masyarakat, akan berakibat sulit tidur, merasa sebagai orang gagal, dan kurang bergairah.
Seperti yang disampaikan oleh Dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Endang Triyanto.
Ia memaparkan lamanya periode pandemi berdampak pada perubahan kesehatan fisik, psikologis, spiritual, kultural, maupun sosial.
Dampak psikologis ini menyebabkan kesehatan mental seseorang terganggu.
"Bentuk kesehatan mental yang terganggu di antaranya adalah kecemasan, insomnia, stress, kepanikan bahkan dapat pula terjadi depresi.
Depresi berat mungkin saja terjadi dan berisiko mengarah pada tindak bunuh diri," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, sebagaimana rilis, Minggu (27/12/2020).
Gangguan kesehatan mental yang terjadi pada masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 dapat dipicu ketakutan akan kematian, maraknya berita hoaks, isolasi, berkurangnya pendapatan, dan masih banyak lainnya.
Kelompok yang berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental, di antaranya adalah petugas kesehatan, pelajar, pekerja yang berisiko terpapar Covid-19, orang yang menjalani isolasi mandiri, pengusaha sektor transportasi pariwisata, dan masih banyak sekelompok lainnya.
Keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal merupakan kelompok yang sangat berpotensi terjadinya gangguan kesehatan mental.
Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan gangguan kesehatan mental.
Dr. Endang Triyanto menjelaskan upaya pencegahan gangguan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
Pertama, optimalkan komunikasi dengan kerabat keluarga.
Keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan sebagai support system, sehingga tidak mudah stress.