Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Penanganan Corona

Gejala Covid-19 Baru Tahap Lanjut, Pasien Halusinasi Mencium Bau Menyengat: Makan Jadi Tak Enak

Anosmia adalah hilangnya penciuman, sebagai indikator virus corona yang ditemukan pada Maret

Editor: muslimah
www.dailymail.co.uk
Ilustrasi 

Gejala Covid-19 Baru Tahap Lanjut, Pasien Halusinasi Mencium Bau Menyengat: Makan Jadi Tak Enak

TRIBUNJATENG.COM - Gejala Covid-19 lebih lanjut muncul dari laporan para penderitanya, yaitu bau ikan yang menyengat, belerang, dan bau manis yang tidak enak.

Efek samping yang tidak biasa ini dikenal degan gejala parosmia, yaitu distorsi penciuman, dan mungkin memengaruhi kaum muda serta petugas kesehatan secara tidak proporsional.

Ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan ( THT) Profesor Nirmal Kumar menyebut gejala tersebut "sangat aneh dan sangat unik", seperti yang dilansir dari Sky News pada Minggu (27/12/2020).

Prof Kumar, yang juga presiden dari THT Inggris, termasuk di antara petugas medis pertama yang mengidentifikasi gejala anosmia pada penderita Covid-19.

Anosmia adalah hilangnya penciuman, sebagai indikator virus corona yang ditemukan pada Maret.

Dia mendesak Kesehatan Masyarakat Inggris untuk menambahkan anosmia ke daftar gejala Covid-19, beberapa bulan sebelum menjadi panduan resmi.

Dia sekarang mencatat bahwa di antara ribuan pasien yang dirawat karena anosmia jangka panjang di seluruh Inggris, beberapa mengalami parosmia.

Prof Kumar mengatakan kepada Sky News bahwa pasien mengalami halusinasi penciuman, yang berarti "indra penciuman terdistorsi, dan sayangnya, sebagian besar tidak menyenangkan".

Ia menambahkan bahwa hal itu "sangat mengganggu pasien dan kualitas hidup mereka sangat terpengaruh".

Covid-19 panjang adalah istilah untuk menggambarkan efek virus corona yang dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakit awal.

Mendeskripsikannya sebagai "virus neurotropik", Prof Kumar menjelaskan, "Virus ini memiliki keterkaitan dengan saraf di kepala dan khususnya, saraf yang mengontrol indra penciuman."

"Tapi, itu mungkin juga mempengaruhi saraf lain dan itu mempengaruhi, menurut kami, neurotransmiter, mekanisme yang mengirim pesan ke otak," terangnya.

Dia menambahkan, "Beberapa orang melaporkan halusinasi, gangguan tidur, gangguan pendengaran."

"Kami tidak tahu mekanisme pasti, tetapi kami mencari cara untuk mencoba dan membantu pasien untuk pulih."

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved