Berita Banyumas
Harga Kedelai Impor Meroket, Perajin Tahu di Purwokerto Memilih Menaikkan Harga
Kenaikan harga kedelai impor berimbas pada produsen tahu di Purwokerto yang memilih menaikan harga jualnya
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Kenaikan harga kedelai impor berimbas pada produsen tahu di Purwokerto yang memilih menaikan harga jualnya.
Salah satunya yang dikeluhkan oleh salah satu pengrajin tahu di Kaliputih, Kelurahan Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Teguh Setianto yang memilih menaikan harga jual tahunya.
"Jelas karena ada kenaikan harga bahan bakunya.
Naiknya signifikan terus sejak menjelang natal mulai dari Rp 6.500 hingga sekarang Rp 10 ribu," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (4/1/2021).
Karena kenaikan harga kedelai itulah berimbas pada kenaikan harga tahu sesuai dengan ukurannya.
"Kenaikannya beda-beda ada yang dari Rp 200 jadi Rp 250, kemudian ada Rp 300 jadi Rp 350, lalu yang Rp 500 jadi Rp 600 dan yang Rp 800 jadi Rp 1.000," terangnya.
Teguh Setianto adalah generasi kedua dari keluarganya yang memproduksi tahu di Purwokerto sejak 1968.
Dia biasanya mendapatkan pasokan bahan baku dari Cilacap dan kedelai yang digunakan adalah kedelai impor dari Amerika.
Menurutnya sejak ada kenaikan harga kedelai dan harga tahu, ada beberapa pelanggannya yang tidak ambil padanya lagi.
Namun demikian, hal itu bukan hanya dirasakannya saja, tetapi dirasakan pula oleh pengrajin tahu lainnya.
Teguh menyayangkan tidak ada paguyuban pengrajin tahu di Purwokerto yang mampu mengkoordinir kesepakatan harga.
"Sehari itu bisa tujuh kali masak, sementara satu kali masaknya bisa membutuhkan enam kilogram kedelai," tuturnya.
Sementara itu, pedagang Pasar Wage Purwokerto, Tati mengatakan dirinya menaikan hanya untuk pembeli baru.
"Harganya kalau buat pelanggan baru dinaikan Rp 500, kalau untuk pelanggan yang lama iya tetap," katanya.
Meskipun demikian keuntungan yang didapatkannya juga turut menurun.
Menurutnya labanya menjadi tipis sekali namun jika dinaikan terlalu tinggi pembeli juga menurun. (Tribunbanyumas/jti)