Berita Duka
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun KH Najib Abdul Qodir Ponpes Krapyak Jogja Meninggal Dunia
KH R Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir pengurus Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, meninggal dunia
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: abduh imanulhaq
Setelah kembali dari Mekah dan Madinah dalam mendalami ilmu-ilmu tentang Islam dan menghafal Al-Quran, kurang lebih satu tahun beliau membuka pengajian kitab –khususnya Alquran- di rumah orang tuanya di Kauman.
Di Kauman KHM Munawir menghadapi problem sempitnya tempat pengajian.
Atas saran KH Said, pengasuh Pesantren Gondongan Cirebon agar KHM Munawir mengembangkan ilmu Al-Quran di tempat yang lebih luas dan membangun pesantren
Hingga akhirnya pada tahun 1910 memilih dan membangun sebuah pesantren dan masjid di dusun Krapayak.
Dijelaskan oleh Khamid Fadholi selaku Sekretaris Umum Pondok Pesantren Al-Moenawir, hingga saat ini ponpes Al-Moenawir masih menerapkan metode pembelajaran yang sama dengan pertama kali pondok berdiri.
“Kami masih menerapkan metode sorogan atau talaqi dalam mempelajari Al-Quran maupun kitab ajaran agama Islam,” ungkap Khamid kepada Tribun Jogja (Grup Tribun Jateng).
Sorogan atau talaqii adalah metode pembelajaran dimana santri/peserta didik menghadap kiai satu per satu dan menyodorkan kitab untuk dibaca atau dikaji bersama dengan kiai atau tersebut.
“Dengan metode sorogan ini santri menerima ilmu langsung dari para kyai. Motode ini dipertahankan karena menurut ini para santri akan memperoleh ilmu langsung dari sanadnya (sumber),” tambah Khamid.
“Di sini para santri diajarkan Al-Quran, kitab kubing dan menghafal Al-Quran,” terang Khamid.
Rata-rata para santri menempuh pendidikan di Ponpes Al-Munawwir selama lima tahun.
Selain mendalami ilmu Al-Quran, para santri juga mendapatkan materi tentang tasawuf, akhlaq, dan bahasa.
Setelah meninggalnya KH Zainal Abidin Munawwir, KH Najib menjadi yang dituakan sebagai pengasuh ponpes.
Ponpes Al Munawwir memiliki 19 komplek pondok dengan jumlah santri sekitar 1.500 santri putra dan putri.
“Sebagian besar santri kami adalah mahasiswa. Mungkin 60 persen mahasiswa, sisanya siswa SMA dan santri yang hanya mondok di sini,” ungkap Khamid.
Para santri tersebut berasal dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan terdapat santri yang berasal dari Thailand.