Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Duka

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun KH Najib Abdul Qodir Ponpes Krapyak Jogja Meninggal Dunia

KH R Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir pengurus Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, meninggal dunia

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: abduh imanulhaq
IST
KH Najib Abdul Qodir pengasuh Ponpes Munawwir Krapyak Yogyakarta meninggal dunia, Senin (4/1/2021) sore. 

TRIBUNJATENG.COM, JOGJA - KH R Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir pengurus Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, meninggal dunia, Senin (4/1/2021) sore.

Kabar berpulangnya  KH Najib itu disampaikan KH Fahmi Idris Akbar, Wakil Ketua PWNU DI Yogyakarta.

"Kiai Najib meninggal dunia tadi sore sekitar jam 16.30 dalam usia 67 tahun," terang Kiai Fahmi yang dihubungi Tribunjateng.com.

Dia tidak mengetahui sakit yang diderita almarhum namun Kiai Najib sudah seminggu ini beristirahat di rumah.

"Almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga besok bada duhur di Dongkelan," imbuhnya.

Kiai Najib juga merupakan Rais Syuriyah PBNU bersama sejumlah ulama lain.

Ulama besar ini merupakan putra KH Abdul Qodir dan cucu KH Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Krapyak.

Ia dikenal akan bacaan Alquran yang tartil, fasih dan lancar terutama ketika sedang semaan Alquran 30 juz.

Ayahanda dan kakeknya juga dimakamkan di Dongkelan, di sebelah Masjid Patok Negara Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Bantul.

Ponpes Al Munawwir

Ponpes Al Munawwir terletak di Krapyak, tepatnya Jalan Kyai Haji Ali Maksum, Yogyakarta.

Berada di perbatasan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, sekitar 2 km di sebelah selatan Kraton Yogyakarta.

Pesantren Krapyak didirikan oleh KHM Munawir kakek Kiai Najib pada tahun 1909-1910 setelah beliau kembali dari belajar di Makkah dan Madinah selama 21 tahun.

KHM Munawir adalah warga Kauman, Yogyakarta.

Orang tuanya bernama KH Abdullah Rasyad salah seorang abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di bidang spiritual.

Setelah kembali dari Mekah dan Madinah dalam mendalami ilmu-ilmu tentang Islam dan menghafal Al-Quran, kurang lebih satu tahun beliau membuka pengajian kitab –khususnya Alquran- di rumah orang tuanya di Kauman.

Di Kauman KHM Munawir menghadapi problem sempitnya tempat pengajian.

Atas saran KH Said, pengasuh Pesantren Gondongan Cirebon agar KHM Munawir mengembangkan ilmu Al-Quran di tempat yang lebih luas dan membangun pesantren

Hingga akhirnya pada tahun 1910 memilih dan membangun sebuah pesantren dan masjid di dusun Krapayak.

Dijelaskan oleh Khamid Fadholi selaku Sekretaris Umum Pondok Pesantren Al-Moenawir, hingga saat ini ponpes Al-Moenawir masih menerapkan metode pembelajaran yang sama dengan pertama kali pondok berdiri.

“Kami masih menerapkan metode sorogan atau talaqi dalam mempelajari Al-Quran maupun kitab ajaran agama Islam,” ungkap Khamid kepada Tribun Jogja (Grup Tribun Jateng).

Sorogan atau talaqii adalah metode pembelajaran dimana santri/peserta didik menghadap kiai satu per satu dan menyodorkan kitab untuk dibaca atau dikaji bersama dengan kiai atau tersebut.

“Dengan metode sorogan ini santri menerima ilmu langsung dari para kyai. Motode ini dipertahankan karena menurut ini para santri akan memperoleh ilmu langsung dari sanadnya (sumber),” tambah Khamid.

“Di sini para santri diajarkan Al-Quran, kitab kubing dan menghafal Al-Quran,” terang Khamid.

Rata-rata para santri menempuh pendidikan di Ponpes Al-Munawwir selama lima tahun.

Selain mendalami ilmu Al-Quran, para santri juga mendapatkan materi tentang tasawuf, akhlaq, dan bahasa.

Setelah meninggalnya KH Zainal Abidin Munawwir, KH Najib menjadi yang dituakan sebagai pengasuh ponpes.

Ponpes Al Munawwir memiliki 19 komplek pondok dengan jumlah santri sekitar 1.500 santri putra dan putri.

“Sebagian besar santri kami adalah mahasiswa. Mungkin 60 persen mahasiswa, sisanya siswa SMA dan santri yang hanya mondok di sini,” ungkap Khamid.

Para santri tersebut berasal dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan terdapat santri yang berasal dari Thailand.

Untuk lembaga pendidikan formal, ponpes memiliki SMK.

Sebagian besar para santri tersebut sekolah dan kuliah di beberapa sekolah dan universitas yang ada di Yogyakarta.

Untuk bulan puasa, selain ada Program Khusus Ramadan yang memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk nyantri, pihak ponpes juga meningkatkan kegiatan semaan Quran untuk para santrinya. (aim)

Baca juga: BREAKING NEWS: Kecelakaan Beruntun Tol Ungaran KM 428, Ada Korban Eks Trio Macan

Baca juga: Kecelakaan di Tol Tembalang Semarang, Nofa Tewas Tergencet Bodi Mobil

Baca juga: Jangan Mau Masuk Terminal Terboyo Semarang Lagi, Banyak Preman dan Calo Tiket: Pakai Terminal Resmi

Baca juga: Cerita Arofatur Warga Pekalongan Tertipu Kasur Spring Bed Palsu, Berisi Kardus dan Kayu

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved