UNS Surakarta
Bentuk Bangunan Gedung Rektorat dr Prakosa UNS Solo Sama dengan Makam Soeharto di Astana Giribangun?
Tajug merupakan atap berbentuk piramidal atau limas bujur sangkar dengan dasar persegi empat sama sisi yang di tengahnya terdapat satu puncak.
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Gedung Rektorat dr Prakosa merupakan bangunan yang sangat bersejarah bagi berdirinya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Gedung Rektorat dr. Prakosa yang dibangun pada 11 Maret 1978, difungsikan sebagai kantor rektor, jajaran wakil rektor, dan administrasi pusat.
Sebagai bangunan yang sangat ikonik dan kerap kali menjadi latar foto mahasiswa UNS saat wisuda, Gedung Rektorat dr. Prakosa dipenuhi dengan banyak cerita sejarah dan fakta-fakta unik.
Salah satu pertanyaan yang seringkali ditanyakan masyakarat adalah apakah bentuk bangunan Gedung Rektorat dr. Prakosa sama dengan makam Presiden RI ke-2 Alm. Soeharto di Astana Giribangun?
Pakar arsitektur Jawa, Dr. Titis Srimuda Pitana di ruang kerjanya, Gedung Dekanat Fakultas Teknik (FT) UNS, menjawab Gedung Rektorat dr. Prakosa dengan makam Soeharto di Astana Giribangun sama-sama menggunakan konsep sakralitas dalam arsitektur bangunan Jawa.
Sakralitas yang dimaksud Dr. Titis dapat dilihat dari atap Gedung Rektorat dr. Prakosa dan makam Soeharto di Astana Giribangun yang sama-sama menggunakan bentuk tajug.
Tajug merupakan atap berbentuk piramidal atau limas bujur sangkar dengan dasar persegi empat sama sisi yang di tengahnya terdapat satu puncak.
Bentuk atap ini lazimnya ditemui pada atap masjid di sejumlah daerah di Indonesia.
Namun, Dr. Titis menampik jika ada unsur kesengajaan dalam pembangunan Gedung Rektorat dr. Prakosa agar sama dengan makam Soeharto di Astana Giribangun.
Ia juga mengatakan tidak ada keterlibatan istri Soeharto, mendiang Ibu Tien, dalam pemilihan konsep arsitektur Gedung Rektorat dr. Prakosa.
“Bukan sama, tapi juga menggunakan konsep sakralitas. Wujudnya beda bentuknya sama, bentuk itu ada pada tataran ide tapi perwujudan dalam tataran fisik,” ujar Dr. Titis.
Selanjutnya, Dr. Titis mengulas posisi Gedung Rektorat dr. Prakosa dalam tata ruang di Kampus UNS Pusat Kentingan menerapkan konsep pajupat.
Pajupat atau yang disebut Dr. Titis sebagai papat kiblat limo pancer menempatkan Gedung Rektorat dr. Prakosa dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain.
“Papat kiblat itu 4 penjuru mata angin. Kalau kita lihat konsep tata ruang yang paling tengahnya itu tempat bertemunya 4 kekuatan dari 4 penjuru mata angin yang menyatu di tengah,” tambahnya.
Posisi Gedung Rektorat dr. Prakosa yang dikelilingi banyak bangunan, disebut Dr. Titis sebagai simbol dari kemampuan gedung ini dalam menyeimbangkan, menyelaraskan, dan mengharmonikan kondisi tata ruang agar menjadi stabil.