UNS Surakarta
Bentuk Bangunan Gedung Rektorat dr Prakosa UNS Solo Sama dengan Makam Soeharto di Astana Giribangun?
Tajug merupakan atap berbentuk piramidal atau limas bujur sangkar dengan dasar persegi empat sama sisi yang di tengahnya terdapat satu puncak.
Tidak saja mengulas konsep arsitektur Gedung Rektorat dr. Prakosa dari luar, Dr. Titis juga merinci secara detail filosofi yang terkandung di dalam gedung ini. Ia menerangkan dalam konsep bangunan Jawa, tidak dimulai dari bawah (pondasi) melainkan dari pamidhangan.
Pamidhangan atau yang berarti pundak disebut dr. Titis sebagai simbol dari kekuatan untuk memikul beban.
Sehingga, jika diulik dari filosofinya, seorang pemimpin –yang dalam hal ini dimaksud adalah rektor- harus mampu menerima beban yang sangat berat.
Kekuatan pamidhangan yang ada di Gedung Rektorat dr. Prakosa, terdapat pada blandar pemanjang dan blandar pengeret yang menopang tumpang sari.
Fungsi dari tumpang sari adalah sebagai penumpu bagian brunjung hingga ke pucuk bangunan Gedung Rektorat dr. Prakosa.
“Kemudian, disatukan sampai ke puncak sampai di atas yang pucuknya atau dalam bahasa Jawa itu molo atau polo atau otak. Sehingga, seberat apapun tugas pemimpin tetap harus mampu menggunakan akal sehatnya,” jelasnya.
Di tengah Gedung Rektorat dr. Prakosa juga terdapat lampu yang digantung dari atas hingga ke lantai 1.
Dr. Titis mengatakan lampu tersebut bukan semata-mata untuk hiasan, namun ada makna filosofis di dalamnya.
Lampu tersebut bermakna telupak atau telu sing cemepak yang artinya ada tiga hal penting yang harus ada di muka bumi.
Tiga hal penting tersebut jika dikaitkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
“Trinitas kalau di Nasrani ada Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kalo di Islam ada Allah, Qur’an dan Rasul. Jadi, harus mampu menjadi penerang kapan saja, memberi penunjuk, dan memberi arahan berdasar 3 hal tadi,” jelas Dr. Titis.
Sejarah Gedung Rektorat dr. Prakosa
Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS, Dr. Susanto, mengatakan nama dr. Prakosa yang tersemat pada Gedung Rektorat berasal dari Rektor UNS kala itu Brigjen TNI. dr. Prakosa.
Dalam proses pembangunan Kampus UNS Pusat Kentingan, ia memprioritaskan pembangunan Gedung Rektorat dr. Prakosa untuk segera diselesaikan.
“Yang dibangun pertama kali Gedung Rektorat. Di samping beberapa bangunan fakultas menggunakan anggaran tahun 1977/ 1978. Membangunnya bersamaan mulai 11 Maret 1978. Tapi, yang diprioritaskan adalah Gedung Rektorat,” ujar Dr. Susanto.