Berita Solo
Harga Cabai Rawit di Pasar Tradisional Solo Tembus Rp 70 Ribu: Tidak Laku hingga Busuk
Alhasil, jualan saya tidak laku dan cabai rawit terpaksa dibiarkan membusuk. Saya rugi besar,” tandasnya.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar tradisional Solo naik pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini.
Daya beli masyarakat pun mengalami penurunan.
Menurut seorang pedagang cabai di Pasar Harjodaksino, Danukusuman, Serengan, Marsinah (50), kenaikan paling menonjol terjadi pada komoditas cabai.
Baca juga: Sosok Kompol Dani Kurniawan Kapolsek Semarang Utara, Alumni Akpol 2009, Sedikit Bicara Banyak Kerja
Baca juga: Kecelakaan Maut di Bawen Semarang Truk Sampah Vs Truk Boks 3 Meninggal Seketika
Baca juga: Ribuan Ikan Terdampar di Baubau, Pertanda Gempa Besar? Terjadi di Cilacap Sebelum Gempa Majene
Baca juga: Info Gempa Hari Ini, Lampung Diguncang Gempa Magnitudo 5,4 Tak Berpotensi Tsunami
“Kenaikan harga paling menonjol terjadi pada cabai rawit.
Bahkan sebelumnya sempat menyentuh Rp 80 ribu per kilo.
Namun sekarang turun jadi Rp 70 ribu per kilo,” ucapnya, Sabtu (16/01/2021).
Marsinah menuturkan, harga cabai rawit yang mencapai angka Rp 70 ribu terbilang mahal.
Menurutnya, harga cabai rawit normal berkisar pada harga di bawah Rp 30 ribu per kilogram.
Dia mengungkapkan, cabai rawit mahal dikarenakan masa panen habis.
Selain itu, banyak petani gagal panen akibat cuaca ekstrim yang terjadi saat ini.
“Permintaan tetap, tapi stok berkurang drastis. Akibatnya harganya mahal,” terangnya.
Selain cabai rawit, telur yang sebelumnya Rp 23 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 24 ribu.
Sedangkan, daging ayam naik menjadi Rp 36 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 32 ribu.
Sementara, cabai merah sebelumnya Rp 60 ribu per kilogram, naik Rp 5 ribu menjadi Rp 65 ribu per kilogram.
Sementara, Budianto (59), pedagang di Pasar Legi Solo, menyampaikan hal yang sama.
Menurutnya, mahalnya harga cabai rawit dan cabai merah karena masa panen di tingkat petani sudah habis.
Saat ini, lanjut Budianto, petani cabai belum ada yang panen, sehingga harganya melambung tinggi.
“Harga cabai rawit mahal, yang beli sedikit.
Alhasil, jualan saya tidak laku dan cabai rawit terpaksa dibiarkan membusuk.
Saya rugi besar,” tandasnya. (kan)
Baca juga: Harga Cabai Melambung Tinggi, Sambal Buatan Sukirman Tak Pedas Lagi
Baca juga: Anggota Pokdarwis Pantai Pulau Kodok Tegal Gotong Royong Perbaiki Tanggul Penahan Ombak
Baca juga: Penyaluran Bansos di Banjarnegara Manfaatkan Jasa Ojol untuk Hindari Kerumunan
Baca juga: Viral Banjir di Thailand Berair Jernih Jadi Spot Selfie, Ini Faktanya