Berita Viral
Haris Azhar Sebut Oknum Pemerintah Harus Dipidana Jika Vaksin Tidak Efektif, Arya Sinulingga Tertawa
Haris Azhar mengatakan oknum pemerintah bisa dipidana jika ternyata vaksin covid-19 tidak efektif. Menurut Haris Azhar pemerintah bertanggungjawab
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJTENG.COM- Haris Azhar mengatakan oknum pemerintah bisa dipidana jika ternyata vaksin covid-19 tidak efektif.
Menurut Haris Azhar pemerintah bertanggungjawab atas keputusan pembelian vaksin covid-19 untuk masyarakatnya.
Hal itu Haris Azhar ucapkan di acara Dua Sisi TV one pada Jumat (15/1/2021).
Mulanya, Arya Sinulingga mengatakan tidak ada regulasi orang yang tidak mau divaksin dikenakan tindakan pidana.
Baca juga: Cerita V BTS Soal RM yang Hilangkan Earphone Lalu Bertingkah Pura-pura Lupa
Baca juga: Foto-foto Audrey Peserta Indonesias Next Top Model, Tak Bisa Gunting Kuku Sendiri
Baca juga: Refly Harun Bandingkan Kasus Habib Rizieq Shihab, Raffi Ahmad, dan Ahok: Tidak Adil
Baca juga: Kecelakaan Maut Honda HRV Ngebut Sulit Dikendalikan, Lawan Arah Tabrak APV dan 2 Motor di Semarang
"Belum ada regulasinya orang yang menolak divaksin lalu dipidanakan, nanti penjaranya penuh" ujarnya.
Haris Azhar lalu menimpali.
"Kalau mau dipidana mau pakai pasal apa?" tanya Haris Azhar.
Haris Azhar menyebut tidak berhak bagi siapapun untuk memidanakan mereka yang tidak mau disuntik vaksin.
Haris Azhar mengatakan pihak-pihak yang pantas untuk dipidanakan dan dipenjara adalah orang-orang yang membeli vaksin tapi vaksin itu tidak efektif.
Menurutnya yang harus dipenjarakan adalah pihak yang bertanggung jawab terkait hal itu.
"Soal poin bisa dipidana atau tidak, menurut saya yang harus dipidana jika vaksinnya dibeli tapi tidak efektif, itu kan cuma beberapa orang gak bikin penjara penuh" ujar Haris Azhar sambil tertawa.
Mendengar pernyataan Haris Azhar, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga tertawa.
Terlebih dirinya ikut terlibat dalam pengadaan vaksin Covid-19 bersama Kementerian Kesehatan.
Sebaliknya, Haris Azhar yang melihat Arya Sinulingga tertawa justru terang-terangan menudingnya.
"Ini dia Arya Sinulingga yang beli," kata Haris Azhar sambil menunjuk.
"Yang beli kan cuman satu, pemerintah, siapa yang mewakili pemerintah kalau belinya salah, jadi enggak makan banyak tempat di penjara," imbuhnya.
Kembali melanjutkan, Haris Azhar mengatakan yang berhak untuk dipidanakan lainnya adalah pihak yang menjualbelikan vaksin yang notabene sebenarnya gratis.
Termasuk juga pihak yang melakukan diskriminasi dalam pemberian vaksin.
"Kedua misalnya ada yang menjualbelikan atau ada yang mempraktekkan diskriminasi," kata dia.
"Elu orang miskin, pakai ini, sementara nanti panglima TNI, Kapolri baru, menteri dikasih yang bagus, nah itu diskriminasi" pungkasnya.
Haris Azhar mengatakan hukum pidana bukan hukum yang tepat bagi orang yang menolak vaksin.
Arya Sinulinga lalu mengaku sepakat dengan ucapan Haris Azhar.
Arya Sinulinga mengatakan sanksi adminitsratif bisa dilakukan sesuai kebijakan pemerintah daerah setempat.
Suntik Vaksin
Para ilmuwan kini masih meneliti apakah orang yang sudah divaksinasi masih dapat menyebarkan virus kepada orang lain atau tidak.
Meski data awalnya menjanjikan, namun vaksin juga tidak bisa sepenuhnya mencegah penularan.
Jika Anda masih bertanya-tanya mengapa seseorang yang divaksinasi tidak diperbolehkan kumpul-kumpul, berikut penjelasannya:
1. Vaksin tidak memberikan kekebalan instan
Menurut ABCNews, vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan.
Vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna, misalnya, membutuhkan dua dosis yang diberikan dalam jangka waktu dua pekan.
Begitu pula dengan Sinovac, vaksin yang telah didistribusikan di Indonesia sekaligus disuntikan untuk Presiden Jokowi, juga diberikan dalam dua dosis.
Bergantung pada vaksinnya, diperlukan waktu 4-6 minggu dari pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding dengan yang ada dalam uji klinis.
Selama periode tersebut, seseorang yang divaksin masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.
Sementara itu, ahli virus yang mengembangkan terapi antibodi monoklonal untuk Covid-19 di Universitas Columbia, Dr. David Ho juga mengatakan bahwa efektivitas perlindungan vaksin tidak terbentuk secara instan.
"Efek perlindungan vaksin mungkin memakan waktu setidaknya satu bulan, jika tidak sedikit lebih lama," katanya, seperti dilansir CNBC.
2. Sudah divaksin bukan berarti tidak menularkan
Sayangnya, para ilmuwan belum menemukan jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini dan masih mengumpulkan data.
Menurut NPR, para ilmuwan masih lebih banyak berfokus pada efektivitas vaksin.
Namun menurut para ahli kesehatan masyarakat, kurangnya pengetahuan tentang hal ini seharusnya membuat masyarakat bertindak seolah kondisinya adalah "bisa menular".
Dalam kata-kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), "para ahli perlu lebih memahami tentang perlindungan yang dapat diberikan vaksin Covid-19 sebelum memutuskan untuk mengubah rekomendasi tentang langkah-langkah yang harus diambil setiap orang untuk memperlambat penyebaran virus yang menyebabkan Covic-19. "
Namun, yang bisa kita ketahui adalah katakanlah kita telah divaksinasi dan kemudian terinfeksi.
Kecil kemungkinannya akan mengembangkan gejala ketika kita sudah divaksin. Meski begitu, sistem kekebalan tubuh kita mungkin tidak mampu sepenuhnya melawan virus tersebut sehingga memungkinkan beberapa virus untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Virus akan keluar ketika kita bersin, batuk atau bernapas.
Namun, belum ada yang bisa memastikan apakah jika itu terjadi cukup sering, kita dapat membuat orang lain sakit akibat virus yang kita keluarkan.
3. Batas herd immunity masih belum jelas
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Anthony Fauci, juga merekomendasikan orang-orang agar tidak mengabaikan protokol kesehatan meskipun sudah divaksinasi.
Protokol kesehatan yang dimaksud termasuk memakai masker, menjaga jarak, menghindari kumpul-kumpul, melakukan aktivitas di luar rumah, hingga rutin mencuci tangan.
Sebab, menurut dia, meskipun angka herd immunity (kekebalan komunitas) nantinya sudah tercapai, kita masih belum tahu pasti seberapa efektif vaksin Covid-19 ini.
Meskipun, jika sudah sekitar 90 persen populasi divaksinasi, kita mungkin tentunya bisa sedikit lebih percaya diri.
"Meski begitu, kita tidak tahu apakah vaksin itu efektif untuk diri kita," katanya.
Sebab, bahkan pada tingkat keberhasilan 90-95 persen sekalipun, masih ada sekitar 5-10 persen orang yang divaksinasi masih mungkin tertular virus.
Hal senada diungkapkan oleh ahli epidemiologi penyakit menular dari Washington State University.
"Imunitas bukanlah sakelar yang bisa dihidupkan dan dimatikan. Jika kekebalan masih di bawah ambang batas herd immunity, virus masih bisa dengan mudah beredar di populasi dan selalu ada kemungkinan vaksin tidak berhasil untuk diri Anda," ungkapnya.
Meski begitu, menurut CDC, ambang batas herd immunity tersebut masih belum
ditetapkan.
4. Durasi kekebalan tubuh belum diketahui
Kekebalan dari vaksin Covid-19 buatan Moderna Inc, misalnya, diyakini bisa bertahan setidaknya satu tahun.
Namun, belum ada penjelasan yang pasti tentang berapa lama vaksin Covid-19 dapat memberikan kekebalan pada orang yang sudah divaksin.
Selain karena virus tersebut masih sangat baru, adanya mutasi virus membuat para peneliti seluruh dunia masih terus mengumpulkan data tentang Covid-19.
"Salah satu contohnya vaksin flu diharapkan (diberikan) satu tahun sekali. Mungkin saja Covid-19 diminta satu tahun sekali booster. Kita tunggu saja penelitiannya," ungkap spesialis.penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes dari Eka Hospital BSD, DR Dr Indra Wijaya, SpPD-KEMD, MKes, FINASIM. (*)