Berita Pemalang
Cerita Mistis Penunggu Hutan Jati Jalan Pemalang-Randudongkal: Jalur Gaib & Sajen Malam Jumat Kliwon
Jalan Pemalang-Randudongkal yang menghubungkan Pemalang ke Purbalingga dan Purwakerto dipercaya masyarakat sekitar sebagai jalur gaib.
Penulis: budi susanto | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Jalan Pemalang-Randudongkal yang menghubungkan Pemalang ke Purbalingga dan Purwakerto dipercaya masyarakat sekitar sebagai jalur gaib.
Pasalnya jalur tersebut acap kali memakan korban jiwa, terutama di tikungan yang tak jauh dari Desa Pegengsoran Kecamatan Pemalang.
Diapit lebatnya hutan jati, dan penerangan yang tak maksimal di malam hari, menambah mencekamnya suasan saat melintas di jalur itu.
Bahkan warga yang percaya adanya kekuatan mistis di jalur tersebut, sering kali memberi sesaji berupa bunga dan jajanan pasar di jalur tersebut saat malam Jumat kliwon.
Terutama para pedagang yang membuka warung makan di sepanjang jalur penghubung Pemalang ke Purbalingga dan Purwakerto terus.
Komariah, satu di antara warga Desa Pegengsoran, yang membuka warung di jalan tersebut, juga melakukan hal serupa.
Ia acap kali memberikan sesaji saat malam Jumat kliwon, di sekitar tempat ia berdagang.
"Kalau tidak bisa marah penunggunya, dan tidak hanya saya, hampir semua pedagang melakukan hal serupa.
Bahkan pangkalan truk dan galian tambang di sini juga memberikan sesaji," paparnya, Jumat (29/1/2021).
Dilanjutkannya, masyarakat sekitar sangat percaya hutan jati di Jalan Pemalang-Randudongkal ditunggu oleh sosok wanita dan seorang anak kecil.
"Warga sekitar sini oasti tahu itu, biasanya mereka sering muncul di tikungan yang ada di tengah hutan jati.
Maka dari itu di sana sering terjadi kecelakaan.
Beberapa pekan lalu juga terjadi dua kecelakan di lokasi yang sama," ucapnya.
Komariah juga menceritakan pengalaman yang pernah ia alami, dan menurutnya kejadian itu sangat aneh.
"Karena sudah gelap, waktu itu saya tutup warung ini, beberapa perkakas saya bawa.
Sesampainya di rumah, orang tua saya menanyakan teko air yang biasanya saya gunakan untuk merebus air di warung.
Padahal seingat saya sudah saya bawa.
Akhirnya orang tua saya mengambil ke warung, usai membawa teko itu dan menuju ke rumah, orang tua saya ditemui wanita paruh baya.
Yang aneh penuturan orang tua saya, wanita itu mengucap tempat air minumnya kenapa dibawa lagi ke rumah kan sudah ia pindahkan ke warung lagi," jelasnya.
Menurut Komariah, orang tuanya tak kenal dengan wanita tersebut, namun ia bisa tahu orang tuanya membawa teko yang dimasukan ke dalam kardus mie instan.
"Orang tua saya saja sampai bingung dan bilang ke saya sesampainya di rumah.
Dan saya baru ingat kalau waktu itu malam Jumat kliwon, dan saya lupa memberi sesaji.
Ya saya orang Jawa jadi saya percaya hal itu, mungkin penunggunya minta makan," kata Komariah yang tengah sibuk menggendong biah hatinya.
Jika Komariah sangat percaya akan sosok penunggu hutan jati di jalan penghubung Pemalang itu, lainya halnya dengan Sutrisna pedagang kerupuk keliling asal Kecamatan Randudongkal.
Ia yang sabenhari melintas di jalan tersebut tak mempercayai adanya penunggu hutan jati.
"Tujuh tahun lebih saya jualan, dan sering melintas di jalan ini, bahkan saat malam hari.
Tapi ya tidak pernah melihat penampakan seperti cerita masyarakat," ujarnya.
Meski diakuinya jalan tersebut sangat gelap saat malam hari, dan diapit rimbunnya pohon jati, tapi Sutrisna tak percaya jika kecelakaan yang terjadi karena mahluk halus.
"Mungkin karena kurang waspada, terutama di tikungan, atau lalai saat berkendaran dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Alhasil mengalami kecelakaan," tambahnya. (bud)