Pendidikan
Josh Adrian Cahyadi Santoso Siswa SMP Karangturi Semarang Ciptakan Gamelan Soepra Virtual
Josh Adrian Cahyadi Santoso menciptakan Gamelan Soepra Virtual dari SMP Karangturi Semarang.
Penulis: hermawan Endra | Editor: Daniel Ari Purnomo
Penulis: Hermawan Endra
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Josh Adrian Cahyadi Santoso menciptakan gamelan soepra virtual.
Seperti apa sih modelnya?
Gamelan soepra virtual adalah sebuah program sederhana untuk memainkan gamelan melalui perangkat komputer maupun laptop.
Hasil karyanya ini berbeda dari aplikasi gamelan virtual yang sudah pernah ada, dikarenakan gamelan soepra adalah gamelan yang bernada kromotis bukan pentatonis.
Untuk membuat gamelan soepra virtual, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Antonius Iwan Santoso dan Eveline ini hanya membutuhkan waktu satu minggu.
Mulai dari merekam suara hingga bisa dioperasionalkan.
Ia berharap melalui penelitian yang dilakukan ini bisa bertujuan untuk membantu terlaksananya pembelajaran daring, maupun permainan virtual ensemble.
Adapun tahapan pembuatan gamelan soepra virtual adalah dengan merekam suara masing-masing instrument gamelan soepra yaitu bonang, saron, gender, kenong, kempul, belira, dan gambang dengan menggunakan software ableton, live 10 suite, interface sound card edirol U4-4FX, dan mic rode NT2.
Kemudian mengedit dan memetakan hasil rekaman sesuai dengan range nada masing-masing instrumen gamelan dengan menggunakan software ableton live 10 suite.
Lalu membuat desian gambar instrumen gamelan soepra pada aplikasi ibis paint x.
Dilanjutkan dengan menyusun block coding dalam software scratch dan mengubah ekstensi file menjadi HTML melalui alamat web sheeptester.github.io/htmlifier/.
Siswa kelahiran, Semarang, 2 Agustus 2007 ini mengaku tantangan sekaligus pengembangan yang nantinya bakal dikerjakan adalah bisa menyatukan ketujuh alat musik gamelan ini ke dalam satu aplikasi.
Selain itu bisa mengubah format menjadi file axe agar bisa lebih praktis ketika digunakan.
Guru TIK SMP Karangturi Semarang, Cahyo Adi mengatakan, dalam masa pembelajaran daring ini, SMP Karangturi Semarang tetap memberikan pengajaran yang terbaik bagi para siswa-siswanya.
Bagi kelas 8 khususnya, dibekali dengan kemampuan TIK berupa pembelajaran program scratch, dan ibis paint lewat pembelajaran seni lukisnya.
Hal ini menginspirasi Josh Adrian Cahyadi Santoso, seorang siswa SMP Karangturi Semarang kelas 8 untuk mencoba menerapkan pembelajaran yang telah diberikan ke dalam penelitian "Gamelan Soepra Virtual".
Melalui penelitian ini diharapkan untuk dapat tetap produkktif dalam keterbatasan masa pandemi.
"Meski tidak dapat menjalani kegiatan sekolah secara normal namun dengan peran guru yang baik dan dukungan orang tua di rumah, anak-anak justru mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kreatifitasnya," ujarnya, Selasa 23 Februari 2021.
Pembelajaran coding mulai diberikan SMP Karangturi Semarang sejak semester ini sesuai anjuran dari yayasan.
Pihaknya memandang pentingnya pembelajaran ini pada masa digital seperti sekarang.
Adapun hasil akhir dari pembalajaran ini adalah para siswa bisa membuat game, quiz atau sejenisnya meski masih dalam bentuk sederhana.
Ayah Josh, Antonius Iwan Santoso mengatakan, sebagai orang tua, ia bersama istri hanya ikut membantu dalam hal pendampingan.
Sementara ide awal menciptakan inovasi sepenuhnya berasa dari sang anak sendiri.
Antonius menambahkan, mendekatkan musik memang dilakukan orang tua kepada anak sejak mereka kecil.
Tujuannya agar musik bisa menjadi media pelampiasan atau penyegaran anak dari proses belajar mengajar di sekolah.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Karangturi Semarang, Samuel Yulianto menambahkan, dirinya merasa bangga atas pencapaian prestasi ini.
Ia mengaku sekolah terus berupaya memberi kesempatan pada anak didik untuk berprestasi.
Rasa bangga juga diberikan karena inovasi Gamelan Soepra Virtual ini digunakan sebagai media sistem pembelajaran di salah satu sekolah yang ada di Semarang.
Ia juga memberikan apresiasi kepada orang tua, karena menurutnya keberhasilan siswa tidak hanya berkat sekolah namun juga pembelajaran serta pendampingan orang tua terhadap anak di luar sekolah.
Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang, dimana siswa banyak berada di rumah.
(*)