Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Sukses

Kisah Wanita Semarang Dirikan Cafe di Zurich Swiss, Pelanggan Juga Ingin Tahu Soal Indonesia

Seorang wanita asal Semarang Alista Oksanti mendirikan cafe di Swiss. Dengan nama Omnia Coffee, kedai kopi di Stauffacherstrasse 105, Zurich, Swiss.

Editor: rival al manaf
(KOMPAS.com/Krisna Diantha)
Martin, Alista dan Adam Ponti merintis Kedai Kopi Indonesia Pertama Kali di Zurich, Swiss, yang kemudian diberi nama Omnia Coffee.(KOMPAS.com/Krisna Diantha) 

"Saya pernah bekerja di perusahaan kopi di Indonesia, bagian quality control,“ katanya. Martin menyandang ahli kopi bersertikasi Q Grade Expert, ahli kopi paling tinggi kastanya.

"Swiss mampu menciptakan mesin kopi kelas dunia, namun umumnya mereka meminum kopi dari mesin full otomatis,“ kata Martin.

Tinggal tekan satu tombol, tak sampai semenit, sudah ada secangkir cappucino atau espresso. "Kalau di Indonesia tiap rumah punya rice cooker, di Swiss punya mesin kopi,“ kata Martin.

Agar kenikmatan sejati minum kopi bisa diresapi, kata Martin, semua bahan harus diracik seksama.

"Kehangatan susunya harus pas. Begitu juga takaran kopinya,“ imbuhnya.

Di kedai kopi ini, Martin menimbang setiap serbuk kopi yang baru saya digerus, sebelum diseduh air panas.

Kehangatan susu yang terukur, kata Martin, bisa menciptakan cappucino yang memandarkan rasa manis, meskipun tanpa gula.

"Memang mesin kopi yang ada di rumah rumah Swiss sekarang sudah bagus, semua sudah diukur otomatis. Namun kalau mau optimal ya harus tahu bagaimana meraciknya,“ kata Martin.

Jika ada pelanggan yang ingin tahu lebih mendalam tentang peracikan kopi, Martin menawarkan ilmunya. "Saya akan memberikan kursus dari penikmati kopi amatiran, sampai menjaid barista profesional,“ katanya.

Mulai dari mesin roasting kopi, hingga memasuki tahap akhir menjadi secangkir kopi, Martin sudah menyiapkannya. "Saya bahkan membawa alat roasting kopi buatan Bali. Jadi bukan hanya kopinya dari Indonesia, tapi alat roastingnya juga,“ katanya.

Pandemi Covid-19 tidak terkecuali juga menimpa warkop Omnia. Tidak jarang, perbincangan antara barista dan pelanggannya, tidak bisa berlangsung lama.

"Kami hanya bisa menerapkan coffee to go,“ kata Alista. Pelanggan yang datang, jika pun ingin berbincang bincang tidak bisa terlalu lama.

 
Di mana saja, setidaknya di Swiss, jika ada resto atau cafe yang buka, hanya bisa melayani take away. "Begitu juga disini, hanya bisa pesan dan dinikmati di luar,“ kata Alista.

Baca juga: Pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Digelar 26 Februari, Hanya Boleh Dihadiri 25 Orang

Baca juga: Video Guru dan Tenaga Kependidikan Kota Semarang Mulai Divaksin

Baca juga: Semarang Banjir Lagi, 14 Lokasi Terendam Air, Termasuk Kantor Gubernur Ganjar

Produk kuliner Indonesia di Swiss, khususnya di bidang gastronomi, sepanjang catatan Kompas.com, kurang begitu berhasil. Beberapa resto sempat berdiri namun kemudian bangkrut.

Jika pun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. "Bisnis restoran dan sejenisnya bukan hal mudah di Swiss. Apalagi sekarang ini ada lockdown,“ kata Alista.

Namun melihat perkembangan Omnia Coffe setelah dibuka tiga mingguan ini, masih kata Alista, dirinya mengaku tidak begitu khawatir.

Latar belakang dan pengalaman kerja di berbagai hotel bintang lima di Jakarta, membuatnya optimistis Omnia Coffee berjalan sesuai harapan. (*)

Wanita Semarang Buka Warkop di Swiss, Pelanggan Ikut Belajar Bahasa Indonesia

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved